Wakil Menteri Luar Negeri urusan Hukum dan Hubungan Internasional Iran, Kazem Gharibabadi, baru-baru ini mengumumkan bahwa Iran telah memberikan persetujuan untuk kedatangan tim teknis dari Badan Energi Atom Internasional dalam waktu dekat. Kunjungan ini diharapkan dapat dilakukan dalam beberapa pekan mendatang dan bertujuan untuk membahas “mekanisme baru” yang akan mengatur hubungan antara Iran dan IAEA.
Dalam pernyataannya, Gharibabadi menekankan bahwa tujuan utama dari kedatangan delegasi ini bukanlah untuk melakukan inspeksi terhadap fasilitas nuklir Iran. Dengan tegas, ia menyatakan bahwa diskusi yang akan dilaksanakan lebih berfokus pada pengembangan mekanisme kolaboratif antara kedua pihak. Hal ini diharapkan dapat memperjelas komitmen yang ada dalam konteks situasi geopolitik baru yang dihadapi oleh Iran.
Iran, sebagai negara yang telah membangun program nuklirnya selama bertahun-tahun, tetap berkomitmen untuk menjaga haknya dalam pengayaan uranium. Gharibabadi meyakinkan bahwa kebijakan pengayaan negara tersebut akan terus disesuaikan dengan kebutuhan nasional dan bukan merupakan langkah yang diambil sembarangan. Menurutnya, sangat penting bagi Iran untuk mempertahankan kapasitas pengayaan demi memenuhi permintaan dalam negeri.
Dalam kesempatan tersebut, Gharibabadi juga mengambil langkah untuk mengingatkan tiga negara Eropa—yakni Prancis, Jerman, dan Inggris—yang menjadi bagian dari kesepakatan nuklir tahun 2015 atau yang lebih dikenal dengan nama Joint Comprehensive Plan of Action. Dia memperingatkan agar ketiga negara tersebut berhati-hati dalam mengaktifkan mekanisme snapback. Mekanisme ini memungkinkan penyimpangan yang dilakukan oleh Iran selama kesepakatan berlaku untuk segera direspons dengan pemberian sanksi kembali. Ancaman tersebut, menurutnya, berpotensi merusak stabilitas dan keamanan di kawasan serta menambah ketegangan yang telah ada.
Sebagai tambahan, Gharibabadi mengisyaratkan bahwa jika mekanisme snapback diaktifkan, Iran tidak akan ragu untuk memikirkan kembali keterikatannya pada Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir. Pernyataan ini menjadi sinyal bahwa Iran sangat serius dalam memperjuangkan haknya di arena internasional dan berkomitmen untuk melindungi kepentingan nasionalnya.
Diskusi mengenai hubungan Iran dengan IAEA dan upaya untuk menyeimbangkan komitmen-komitmen internasional dengan aspirasi nasional menjadi isu penting saat ini. Kondisi ini mencerminkan realitas geopolitik yang semakin kompleks, di mana negara-negara seperti Iran berusaha untuk menegakkan kedaulatan dan keamanan nasional mereka sambil tetap berpartisipasi dalam dialog global.
Gharibabadi menekankan bahwa bentuk interaksi yang baik dengan IAEA adalah hal krusial untuk masa depan program nuklir Iran. Pendekatan yang lebih kolaboratif dinilai dapat membangun kepercayaan antara Iran dan komunitas internasional. Upaya ini bertujuan untuk memastikan bahwa program nuklir Iran tidak hanya dilihat sebagai ancaman, melainkan juga sebagai elemen yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi dan kemajuan teknologi di negara tersebut.
Di sisi lain, banyak pihak mengamati bagaimana keputusan-keputusan yang diambil oleh Iran akan berdampak pada kestabilan regional. Dalam beberapa tahun terakhir, ketegangan antara Iran dan negara-negara Barat, khususnya Amerika Serikat, telah memanas. Pendekatan diplomasi dan negosiasi menjadi semakin diperlukan untuk meredakan ketegangan, dan kedatangan tim dari IAEA ini diharapkan menjadi langkah awal menuju pemulihan kepercayaan antara Iran dan negara-negara lainnya.
Terlepas dari tantangan yang dihadapi, Iran tampaknya bertekad untuk melanjutkan program nuklirnya dengan cara yang mencerminkan hak-hak dan kepentingan nasional. Dengan dinamika politik yang terus berubah, masa depan hubungan ikan dengan IAEA dan kesepakatan nuklir akan terus menjadi topic yang hangat diperbincangkan di panggung internasional.