Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, telah mengumumkan upayanya untuk mewujudkan perdamaian di Timur Tengah, dengan pengakuan negara Palestina sebagai salah satu tujuannya. Dalam pidato video yang diunggah di platform X pada Jumat, Starmer menegaskan pentingnya langkah konkret untuk mengubah gencatan senjata yang sangat dibutuhkan menjadi perdamaian abadi, dengan pengakuan negara Palestina sebagai salah satu langkah tersebut.
Sebelumnya, pada akhir Maret, 221 anggota parlemen Inggris dari sembilan partai berbeda menulis surat terbuka kepada Starmer, mendesaknya untuk mengambil langkah-langkah menuju pengakuan Palestina. Mereka berharap hasil konferensi PBB yang diketuai bersama oleh Prancis dan Arab Saudi pada 28-29 Juli di New York akan mendorong Pemerintah Inggris untuk menguraikan kapan dan bagaimana mereka akan bertindak sesuai dengan komitmen jangka panjangnya terhadap solusi dua negara.
Pada Kamis, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengumumkan bahwa Prancis akan secara resmi mengakui negara Palestina pada pertemuan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada September 2025. Keputusan ini mendapat reaksi beragam; Duta Besar AS untuk Prancis, Charles Kushner, menyebutnya sebagai “hadiah bagi Hamas dan pukulan bagi perdamaian,” sementara Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa keputusan itu tidak berpengaruh dan tidak memiliki dampak nyata. Pemimpin otoritas Israel, Benjamin Netanyahu, juga mengecam keputusan Macron tersebut.
Hingga 2025, negara Palestina telah diakui oleh 147 negara. Pada 2024, Amerika Serikat memveto keanggotaan penuh Palestina di PBB. Pada tahun yang sama, 10 negara lagi mengakui kedaulatan Palestina, termasuk Irlandia, Norwegia, Spanyol, dan Armenia.
Sementara itu, Inggris telah menyatakan komitmennya untuk mengakui negara Palestina di masa depan, namun menekankan bahwa prioritas utama saat ini adalah mengatasi krisis kemanusiaan di Gaza dan mencapai gencatan senjata antara Israel dan Hamas. Menteri Sains dan Teknologi Inggris, Peter Kyle, menyoroti penderitaan ekstrem di Gaza dan menegaskan bahwa fokus saat ini harus pada bantuan kemanusiaan dan penghentian permusuhan.
Selain itu, Inggris, Prancis, dan Jerman telah mengeluarkan pernyataan bersama yang menekankan pentingnya solusi dua negara dan mendesak penghentian “bencana kemanusiaan” di Gaza. Mereka menyerukan gencatan senjata segera, pembebasan sandera Israel, dan pembentukan pemerintahan transisi di Gaza dengan penarikan pasukan Israel serta penghapusan kepemimpinan Hamas.
Meskipun ada tekanan internasional yang meningkat untuk mengakui negara Palestina, Inggris tetap berhati-hati dalam pendekatannya, menekankan bahwa pengakuan tersebut harus menjadi bagian dari proses perdamaian yang lebih luas dan berkelanjutan. Perdana Menteri Starmer menegaskan bahwa pengakuan negara Palestina harus menjadi salah satu langkah dalam mencapai perdamaian abadi di kawasan tersebut.
Dengan latar belakang dinamika politik internasional yang kompleks dan krisis kemanusiaan yang mendalam di Gaza, langkah-langkah diplomatik yang diambil oleh Inggris dan negara-negara Eropa lainnya akan memainkan peran kunci dalam menentukan arah masa depan konflik Israel-Palestina dan upaya menuju perdamaian yang adil dan berkelanjutan.