Pada pertengahan tahun 2024, Jepang menghadapi gelombang panas ekstrem yang belum pernah terjadi sebelumnya, dengan suhu mencapai rekor tertinggi dan dampak signifikan terhadap kesehatan masyarakat.
Pada awal Juli 2024, suhu di beberapa wilayah Jepang, termasuk Prefektur Shizuoka dan Tochigi, mendekati 40 derajat Celsius. Badan Meteorologi Jepang mengeluarkan peringatan sengatan panas untuk 26 prefektur dan mendesak penduduk untuk mengambil tindakan pencegahan terhadap suhu ekstrem yang berpotensi mematikan.
Gelombang panas ini menyebabkan rekor jumlah kasus heatstroke di berbagai wilayah Jepang. Dua penduduk lanjut usia di Prefektur Ehime dan Tokushima dilaporkan meninggal dunia akibat heatstroke. Sementara itu, Tokyo melaporkan 119 kasus darurat terkait sengatan panas di hari yang sama, termasuk tiga kasus yang parah di kalangan lansia.
Pada akhir Juli 2024, suhu di Sano, Prefektur Tochigi, mencapai 41 derajat Celsius, menandai rekor suhu tertinggi yang tercatat di Jepang. Secara keseluruhan, 62 dari 153 stasiun pengamatan meteorologi di Jepang melaporkan suhu tertinggi untuk bulan tersebut.
Badan Meteorologi Jepang juga melaporkan bahwa rata-rata suhu nasional pada Juli 2024 tercatat 2,16 derajat Celsius lebih tinggi dari rata-rata pembanding yang dihitung dari tahun 1991 hingga 2020, menandai rekor tertinggi dalam lebih dari 120 tahun terakhir.
Gelombang panas ini menyebabkan dampak signifikan terhadap kesehatan masyarakat. Antara 1 hingga 21 Juli 2024, lebih dari 24.000 orang dirawat di rumah sakit akibat heatstroke di seluruh Jepang. Kelompok lansia berusia 65 tahun ke atas menjadi yang paling rentan, dengan lebih dari separuh kasus terjadi pada kelompok usia ini.
Selain itu, gelombang panas ini juga berdampak pada sektor pertanian. Beberapa petani terpaksa membuang hasil panen mereka karena kerusakan akibat suhu tinggi yang berkepanjangan. Misalnya, di Hokkaido, petani harus membuang puluhan ton labu yang rusak akibat paparan sinar matahari yang intens.
Pemerintah Jepang dan otoritas setempat mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap risiko heatstroke, terutama bagi kelompok rentan seperti lansia dan anak-anak. Mereka disarankan untuk menggunakan pendingin ruangan jika diperlukan, tetap terhidrasi meskipun tidak merasa haus, dan menghindari aktivitas fisik yang berat di luar ruangan selama puncak suhu tinggi.
Gelombang panas ekstrem yang melanda Jepang pada pertengahan tahun 2024 menyoroti pentingnya kesiapsiagaan dan adaptasi terhadap perubahan iklim yang semakin nyata. Masyarakat diimbau untuk lebih memperhatikan kondisi cuaca dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat guna menjaga kesehatan dan keselamatan diri mereka.