Beijing – Dalam upaya untuk memperkuat gencatan senjata antara Thailand dan Kamboja, Pemerintah China telah mengadakan pertemuan informal di Shanghai yang melibatkan perwakilan dari kedua negara. Pertemuan ini dilaksanakan pada tanggal 30 Juli, dan dihadiri oleh Wakil Menteri Luar Negeri China, Sun Weidong, yang memberikan ruang bagi perwakilan Thailand dan Kamboja untuk berdiskusi secara bebas. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, menegaskan bahwa pertemuan ini bertujuan untuk membahas situasi gencatan senjata yang masih rapuh dan mengedepankan komunikasi yang jujur dan bersahabat.
Meskipun rinciannya tidak diungkap secara spesifik mengenai lokasi pastinya atau siapa saja yang hadir dalam diskusi tersebut, baik Kamboja maupun Thailand menegaskan kembali komitmen mereka untuk menghormati gencatan senjata yang telah disepakati. Situasi diplomatik yang tensi ini diharapkan dapat meredakan ketegangan yang sudah berlangsung lama di sepanjang perbatasan kedua negara.
Ketegangan antara Kamboja dan Thailand telah terjadi sejak awal tahun, dengan pertempuran kecil yang terjadi di wilayah yang disengketakan. Situasi semakin memburuk pada 28 Mei, di mana pertempuran di perbatasan mengakibatkan tewasnya seorang tentara Kamboja. Konflik yang berkelanjutan ini memuncak pada 24 Juli, di mana bentrokan baru terjadi dengan mengakibatkan sejumlah korban jiwa di kedua belah pihak. Sejauh ini, laporan menunjukkan bahwa sekitar 22 tentara Thailand dan 13 tentara Kamboja telah kehilangan nyawa mereka. Di samping itu, banyak korban luka-luka yang dilaporkan berasal dari kedua negara akibat ketegangan ini.
Menyikapi permasalahan ini, China berupaya bertindak sebagai mediator. Guo Jiakun menegaskan bahwa langkah-langkah yang diambil China tidak dimaksudkan untuk keuntungan pribadi, melainkan untuk mengedepankan diplomasi dan menyokong ASEAN dalam memfasilitasi penyelesaian damai. China terus memperkuat komunikasi dengan Thailand dan Kamboja serta berupaya untuk mendukung inisiatif perdamaian yang sedang dikembangkan. Menteri Luar Negeri China sebelumnya juga telah melakukan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Kamboja dan Thailand serta Sekretaris Jenderal ASEAN dalam upaya untuk menjalin kerjasama yang lebih erat.
China bahkan mengirimkan Utusan Khusus untuk melakukan diplomasi “shuttle” dua kali guna mendorong proses negosiasi antara kedua negara yang bersengketa. Dalam hal ini, peran ASEAN juga ditekankan, dengan China menjalin kontak erat dengan Malaysia yang saat ini menjabat sebagai ketua bergilir ASEAN. Dalam pengumumannya, Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim menyatakan bahwa kedua negara setuju untuk menerapkan gencatan senjata mulai tengah malam 28 Juli, sebagai hasil dari pertemuan antara pemimpin kedua negara di Putrajaya.
Di satu sisi, Kamboja mengklaim bahwa Thailand telah melanggar gencatan senjata, terutama di area-area seperti Phu Makua dan Sam Taet. Tuduhan ini dibantah oleh Kementerian Pertahanan Kamboja, menambah kerumitan dalam penyelesaian konflik ini. Kedua negara diketahui memiliki sejarah panjang pertikaian yang berakar pada tengara wilayah di sekitar Preah Vihear, yang menjadi sumber ketegangan bilamana peta dan batas-batas wilayah tidak jelas.
Sementara itu, situasi di lapangan juga cukup mengkhawatirkan, dengan lebih dari 188.700 warga Thailand yang dievakuasi dari provinsi-provinsi perbatasan masih menunggu izin untuk kembali, dan 80.000 warga Kamboja juga sudah dipindahkan ke tempat yang lebih aman. Ini menunjukkan dampak serius dari situasi yang tidak menentu ini.
Dalam konteks gencatan senjata yang baru-baru ini disepakati, seluruh pihak diharapkan dapat menepati komitmen mereka untuk menjaga perdamaian dan stabilitas. Langkah diplomasi yang terus dilakukan oleh China diharapkan dapat memberikan solusi jangka panjang yang berkelanjutan untuk kedua negara, mengingat konflik yang terjadi sekarang sudah mengorbankan banyak jiwa dan menimbulkan penderitaan dalam skala yang jauh lebih besar. Komitmen dari semua pihak, baik itu dari Kamboja, Thailand, maupun dukungan dari China dan ASEAN, menjadi kunci utama demi tercapainya kedamaian yang diharapkan.