Kecelakaan Maut di Antasari: Pengendara Ojol Tewas Ditabrak Mobil Listrik

by -14 Views
[keyword]bitcoin[/keyword]

Kecelakaan tragis menewaskan seorang pengendara ojek online di Jalan Pangeran Antasari, Cilandak, Jakarta Selatan, pada dini hari Rabu, 30 Juli. Insiden ini terjadi sekitar pukul 00.36 WIB dan melibatkan mobil listrik Hyundai Ioniq serta sepeda motor yang dikendarai oleh pengemudi ojol. Selain pengemudi yang meninggal dunia, seorang penumpang yang berada di belakangnya mengalami luka-luka.

Kronologi kejadian bermula ketika pengemudi mobil Ioniq melaju dari selatan menuju utara. Setibanya di persimpangan Pasar Inpres, diduga pengemudi mobil tidak memperhatikan kondisi lalu lintas dan berkurang konsentrasinya. Dalam keadaan yang kurang hati-hati tersebut, mobil menabrak pengendara sepeda motor yang datang dari arah utara menuju selatan. Kecelakaan ini tidak hanya mengakibatkan korban jiwa, tetapi juga menyebabkan kerusakan pada warung yang ada di sekitar lokasi kejadian.

Kecelakaan yang terjadi di tengah malam ini menimbulkan keprihatinan mendalam dari berbagai pihak, termasuk dari komunitas keselamatan lalu lintas. Menurut Erreza Hardian, Wakil Ketua Umum Bidang Diklat Perkumpulan Keamanan dan Keselamatan Indonesia, jam-jam larut malam memiliki tingkat risiko yang tinggi. Kondisi ini diperburuk dengan fakta bahwa banyak orang yang sering kali tidak waspada saat berkendara di waktu-waktu tersebut. Sebagian besar orang di Jakarta mungkin sedang beristirahat, tetapi aktivitas lalu lintas di kota ini berlangsung hampir 24 jam.

Erreza mengingatkan bahwa ketika jam menunjukkan di atas pukul 22.00, tubuh manusia biasanya memasuki fase istirahat. Namun, kegiatan berkendara tetap berlangsung, dan hal ini bisa berdampak pada konsentrasi, reaksi, dan kondisi fisik pengemudi. Beliau juga menekankan pentingnya perlindungan yang memadai saat berkendara, baik untuk pengemudi sepeda motor maupun mobil, agar risiko kecelakaan dapat diminimalkan.

Lebih lanjut, Erreza juga menyoroti penggunaan kendaraan listrik, yang dikenal memiliki torsi besar. Dalam kasus kecelakaan ini, pengemudi mobil listrik mungkin mengira sudah mengurangi kecepatan sebelum tiba di perempatan. Namun, dalam kenyataan, jika pengemudi kembali memberi akselerasi, hal ini dapat berujung pada kecelakaan fatal, terutama jika lawan yang ditabrak seperti sepeda motor tidak memiliki perlindungan yang memadai.

Dalam konteks ini, ia memberikan saran untuk pengemudi mobil otomatis agar tidak selalu menggunakan gigi D. Memindahkan gigi ke posisi 3 atau 2 dapat membantu mengendalikan kecepatan, terutama dalam situasi rawan. Ini adalah langkah praktis untuk mengurangi risiko, walaupun ada anggapan bahwa menggunakan transmisi yang lebih rendah bisa menyebabkan kerusakan pada mobil. Erreza menekankan bahwa teknologi otomotif modern telah dirancang untuk menahan variasi dalam penggunaan transmisi.

Pengemudi mobil listrik sebaiknya juga memperhatikan cara mengemudi mereka. Sebaiknya, saat merasa lelah, mereka tidak terus-menerus menekan pedal gas. Dalam situasi tertentu, membiarkan mobil menggelinding dan menggunakan rem kaki sebagai pengendali adalah langkah yang lebih aman. Sementara itu, pengemudi disarankan untuk menghindari akselerasi yang mendadak, karena ini bisa memicu tenaga dorong yang berbahaya.

Keberadaan kecelakaan ini menjadi pengingat bagi semua pengguna jalan untuk lebih berhati-hati dan bertanggung jawab dalam berkendara. Baik pengemudi mobil maupun sepeda motor perlu menyadari risiko yang ada, terutama dalam situasi lalu lintas yang padat dan pada malam hari. Keselamatan di jalan adalah tanggung jawab bersama, dan semua pihak diharapkan dapat mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kecelakaan serupa di masa depan.