Menteri Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Australia, Julie Collins, baru-baru ini mengumumkan bahwa akan ada kesepakatan penting yang memungkinkan produk “rendering” dari hewan Australia kembali memasuki pasar Indonesia. Dalam pernyataannya di Jakarta, ia menjelaskan bahwa produk ini telah hampir tujuh hingga delapan tahun tidak tersedia di Indonesia, yang sebelumnya menjadi kerugian bagi Australia. Namun, Collins menekankan bahwa kebangkitan kembali produk ini juga akan membawa manfaat bagi Indonesia, memperkuat hubungan ekonomi antara kedua negara.
Pertemuan yang menghasilkan rencana kesepakatan ini berlangsung dengan Menteri Pertanian Indonesia, Andi Amran Sulaiman. Dalam dialog tersebut, kedua pihak membahas langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan bahwa proses impor dapat berjalan kembali secara aman dan memenuhi standar yang telah ditetapkan. Ditambahkannya, pertemuan itu menjadi bagian dari kunjungan yang lebih luas untuk memperkuat kerjasama antar kedua negara, terutama setelah kunjungan Perdana Menteri Australia ke Indonesia pada bulan Mei lalu.
Selama berada di Jakarta, Collins tidak hanya bertemu dengan Andi Amran, tetapi juga berencana untuk melakukan pertemuan dengan sejumlah mitra kerja dari instansi pemerintah Indonesia lainnya. Ini menunjukkan komitmen pemerintah Australia untuk meningkatkan hubungan bilateral, yang diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi sektor pertanian dan perikanan di kedua negara.
Isu mengenai produk “rendering” di Australia merujuk pada proses transformasi limbah hewan menjadi produk bernilai. Misalnya, produk ini dapat diolah menjadi pakan ternak atau pupuk. Sebelum penghentian impor pada 1 September 2018, Indonesia mengimpor produk-produk ini, termasuk “meat-and-bone meal,” yang sering digunakan sebagai pakan bagi hewan ternak. Penghentian tersebut terjadi setelah sebuah audit menemukan potensi kontaminasi antara produk sapi dan babi di dua fasilitas rendering yang beroperasi di Australia dan diekspor menuju Indonesia.
Collins mengungkapkan harapannya bahwa kesepakatan ini akan membuka kembali peluang bagi industri hewan di Australia, sekaligus memberikan opsi baru bagi peternak dan petani di Indonesia. Pembukaan kembali pasar ini diharapkan mampu menghasilkan produk yang berkualitas serta memastikan keselamatan dan kesehatan pemerintah, menambah keragaman nutrisi untuk pakan ternak di Indonesia.
Melalui serangkaian program dan diskusi yang direncanakan, Menteri Collins bertujuan untuk membangun kesadaran lebih dalam mengenai pentingnya kerjasama ini. Ia meyakini bahwa kedalaman hubungan antara Australia dan Indonesia tidak hanya dapat memperkuat ekonomi, tetapi juga saling memberikan keuntungan dalam hal sumber daya, teknologi, dan pengetahuan.
Dalam konteks yang lebih luas, kesepakatan ini diharapkan juga memfasilitasi kerjasama di bidang lain, seperti penelitian ilmiah dan inovasi agrikultur. Kedua negara memiliki potensi besar untuk berkolaborasi dalam pengembangan teknik dan metode baru dalam pengolahan limbah hewan, sehingga memberikan manfaat tambahan dalam menghormati kesejahteraan hewan dan lingkungan.
Ke depannya, baik Australia maupun Indonesia memiliki catatan panjang dalam perdagangan produk hewan, dan langkah ini menunjukkan bahwa kedua negara siap untuk menjajaki kembali peluang yang sebelumnya terhenti. Dengan terus memperkuat saluran komunikasi dan kerjasama, ke depan akan ada lebih banyak inisiatif yang diharapkan dapat meningkatkan tidak hanya volume perdagangan, tetapi juga kualitas produk yang ditawarkan. Melalui pendekatan yang berkesinambungan dan saling menguntungkan, Australia dan Indonesia diharapkan dapat menciptakan ekosistem yang lebih berkelanjutan untuk sektor pertanian dan perikanan masing-masing.