Pada bulan Juni 2025, Provinsi Aceh mencatatkan pencapaian menggembirakan dalam sektor ekspor, terutama dalam komoditas batu bara. Data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh menunjukkan bahwa nilai ekspor batu bara ke India mencapai angka 31,77 juta dollar Amerika Serikat, setara dengan sekitar Rp 516 miliar, berdasarkan kurs yang berlaku. Ini menjadikan India sebagai tujuan utama ekspor Aceh untuk bulan tersebut.
Pelaksana Tugas Kepala BPS Aceh, Tasdik Ilhamuddin, mengemukakan dalam konferensi pers yang diadakan pada tanggal 1 Agustus 2025, bahwa keseluruhan nilai ekspor Aceh pada bulan yang sama mencapai 48,7 juta dollar AS atau sekitar Rp 793 miliar. Angka tersebut menunjukkan adanya potensi yang luar biasa dalam sektor perdagangan luar negeri provinsi ini. Namun, satu hal yang perlu dicatat adalah bahwa tidak seluruh barang ekspor tersebut dikirim melalui pelabuhan yang berada di Aceh.
Sebanyak 22 persen dari total ekspor, yang bernilai sekitar Rp 171 miliar, diekspor melalui pelabuhan di luar Aceh. Pelabuhan Belawan di Sumatera Utara menjadi pintu utama untuk pengiriman barang-barang tersebut. Sementara itu, ekspor yang dikirim melalui pelabuhan di Aceh sendiri mencapai total 38,16 juta dollar AS atau setara Rp 622 miliar.
Selain batu bara, Aceh memiliki ragam komoditas lain yang mendapatkan perhatian di pasar internasional. Di antara komoditas tersebut adalah kopi, rempah-rempah, produk kimia, daging, dan ikan. Keberagaman produk ini menunjukkan potensi besar yang dimiliki Aceh untuk berkontribusi lebih lanjut terhadap perekonomian lokal maupun nasional.
Penting untuk dicatat bahwa batu bara menjadi primadona dalam ekspor dari Aceh, tetapi potensi produk lain tidak boleh dianggap remeh. Kopi dari Aceh, misalnya, dikenal dengan cita rasa yang khas, dan telah mendapatkan pengakuan di pasar global. Rempah-rempah juga menjadi andalan Aceh, di mana kualitasnya diakui mampu bersaing di tingkat internasional.
Kegiatan ekspor ini tentunya tidak lepas dari upaya pemerintah dan kebijakan yang mendukung peningkatan daya saing produk Aceh. Koordinasi antara berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, pelaku usaha, serta instansi terkait, sangat penting untuk menciptakan ekosistem perdagangan yang sehat. Keberhasilan Aceh dalam meraih pasar ekspor menunjukkan bahwa provinsi ini memiliki potensi besar yang bisa dimaksimalkan, asalkan didukung dengan strategi yang tepat dan inovatif.
Diharapkan bahwa ke depannya, tidak hanya batu bara yang dapat mendominasi ekspor Aceh, tetapi juga komoditas lainnya. Innovasi, pengolahan yang baik, serta pemasaran yang efektif akan menjadi kunci untuk meningkatkan nilai tambah produk-produk Aceh di mata dunia. Memperkuat daya saing bukan hanya soal kuantitas, tetapi juga kualitas, dan ini adalah tantangan yang harus dihadapi oleh semua pihak yang terlibat.
Dengan dominasi India sebagai tujuan utama ekspor, sudah sepatutnya Aceh menjalin hubungan yang lebih erat dengan negara tersebut. Kolaborasi dalam berbagai bidang, termasuk penelitian dan pengembangan, serta pertukaran teknologi, dapat meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan dan pada gilirannya, meningkatkan nilai ekspor.
Secara keseluruhan, julukan Aceh sebagai daerah penghasil komoditas unggulan patut dipertahankan dan ditingkatkan. Di tengah tantangan global yang kian kompleks, keberhasilan dalam sektor ekspor ini dapat menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi daerah. Sebuah langkah yang progresif dan berkesinambungan harus menjadi agenda utama, agar Aceh tidak hanya dikenal di tingkat nasional tetapi juga di pentas internasional.