Impor Barang China ke AS Turun ke Level Terendah 16 Tahun pada Juni 2025

by -17 Views
[keyword]bitcoin[/keyword]

Impor barang dari China ke Amerika Serikat telah mengalami penurunan signifikan pada Juni 2025, mencapai titik terendah dalam enam belas tahun terakhir. Penurunan ini mencerminkan dampak mendalam dari ketegangan tarif yang telah terjadi antara kedua negara dengan ekonomi terbesar di dunia. Angka-angka terbaru menunjukkan bahwa nilai impor barang dari China ke AS mencapai 18,95 miliar dolar, berkurang 7,5 persen dibandingkan bulan sebelumnya, ketika di bulan Mei tercatat sebesar 20,49 miliar dolar. Hal ini menjadi catatan terendah yang terlihat sejak Februari 2009, ketika nilai impor tercatat 18,85 miliar dolar.

Pemerintahan Presiden AS Donald Trump menerapkan tarif yang agresif sebagai bagian dari kebijakan perdagangan yang lebih luas. Pada bulan Februari, Trump memberlakukan bea masuk sebesar 10 persen terhadap seluruh barang impor dari China, yang kemudian meningkat menjadi 20 persen pada bulan Maret. Langkah tersebut memicu reaksi balasan dari China, yang juga memberlakukan tarif tinggi terhadap produk-produk asal Amerika. Tarif yang dijatuhkan oleh AS terhadap barang-barang China bahkan melambung hingga 145 persen, sementara China memberlakukan tarif mencapai 125 persen terhadap barang dari Amerika Serikat.

Situasi yang tegang ini mengarah kepada sebuah kesepakatan sementara, di mana kedua negara sepakat untuk mengurangi tarif masing-masing menjadi 10 persen selama periode 90 hari yang dimulai pada 14 Mei. Meski begitu, selama masa tersebut, China mengenakan tarif 10 persen pada produk dari AS, sementara AS tetap memberlakukan tarif 30 persen terhadap barang dari China. Perkembangan ini menandakan bahwa meskipun terdapat upaya untuk meredakan ketegangan, situasi tetap kompleks dan belum sepenuhnya stabil.

Dari aspek ekspor, situasi berbanding terbalik. Ekspor barang AS ke China justru mengalami lonjakan signifikan, meningkat 44 persen pada bulan Juni 2025 menjadi 9,44 miliar dolar, naik dari 6,55 miliar dolar pada bulan Mei. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun terdapat tarif tinggi yang diterapkan, permintaan terhadap barang-barang dari AS di pasar China tetap kuat.

Salah satu sektor yang terlihat terdampak sangat serius adalah impor ponsel pintar dari China ke AS, yang anjlok drastis. Pada bulan Juni, nilai impornya hanya tercatat sebesar 726,6 juta dolar, menurun drastis dari 2,2 miliar dolar pada bulan yang sama tahun sebelumnya. Pada semester pertama 2025, total impor ponsel pintar dari China mengalami penurunan hampir 28 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, dengan angka total mencapai 11,2 miliar dolar, turun dari 15,4 miliar dolar.

Presiden Trump baru-baru ini menyatakan bahwa dia mungkin akan mengadakan pertemuan dengan Presiden China, Xi Jinping, sebelum akhir tahun jika kedua negara berhasil mencapai kesepakatan dagang yang lebih stabil. Meskipun adanya kemungkinan untuk meredakan ketegangan, Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, menekankan bahwa meskipun AS dapat meraih keuntungan dalam jangka pendek dari perang dagang ini, konflik tersebut tetap akan berdampak negatif pada kedua negara dan akan mengganggu keseimbangan ekonomi global.

Kondisi global saat ini menunjukkan bagaimana ketegangan perdagangan dapat memengaruhi berbagai sektor industri secara luas, tidak hanya di AS atau China, tetapi juga secara global. Pasar dunia menjadi semakin terhubung, dan setiap kebijakan yang diterapkan oleh satu negara dapat membawa dampak yang jauh lebih luas. Ketidakpastian dalam perdagangan internasional ini menjadi perhatian utama bagi para pelaku pasar, pemerintah, dan ekonom di seluruh dunia.

Sebagai sebuah catatan, perkembangan berikutnya dalam hubungan perdagangan antara AS dan China akan sangat menentukan bagi perekonomian global. Semua pihak berharap bahwa dialog dan diplomasi dapat membuahkan hasil yang positif, mengingat pentingnya kedua negara ini dalam kancah ekonomi internasional. Ketegangan yang berkepanjangan tentu akan membawa konsekuensi yang lebih besar, tidak hanya bagi kedua negara, tetapi juga bagi negara-negara lain yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam jaringan perdagangan global.