Bamsoet: Mobil Klasik BMW Sebagai Investasi dan Warisan Sejarah

by -12 Views
[keyword]bitcoin[/keyword]

Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia sekaligus Ketua Umum Ikatan Motor Indonesia, Bambang Soesatyo, baru-baru ini memberikan pandangannya tentang dunia koleksi dan restorasi mobil klasik, terutama yang berlabel BMW. Ia menekankan bahwa kegiatan ini lebih dari sekadar nostalgia. Dengan harga yang terus meningkat, mengoleksi mobil klasik kini juga menawarkan peluang investasi menggiurkan yang menggabungkan aspek sejarah, gaya hidup, dan potensi keuntungan finansial.

Dalam sebuah acara rolling thunder yang diselenggarakan oleh komunitas BMW Classic Car Indonesia Classic Register, Bamsoet menyampaikan pidato yang menggarisbawahi pentingnya mobil klasik dalam ekonomi kreatif. Ia menegaskan bahwa koleksi mobil klasik bukan hanya sekadar hobi, tetapi juga berfungsi sebagai penggerak industri pendukung, yang meliputi bengkel restorasi, pengrajin interior, hingga penyelenggaraan pameran. Ia melihat potensi besar dalam pengembangan ekonomi yang bisa dihasilkan dari kegiatan ini.

Bamsoet memberikan contoh konkret mengenai pasar global untuk BMW klasik yang menunjukkan pertumbuhan positif. Salah satu yang paling menggembirakan adalah penjualan BMW 2002 keluaran 1972 yang baru-baru ini terjual pada lelang internasional seharga USD 85.002, setara dengan sekitar Rp 1,38 miliar. Mobil ikonik lainnya, BMW E30 M3 dari era 1980-an, juga sering terjual dengan kisaran harga puluhan hingga ratusan ribu dolar AS, tergantung pada faktor keaslian dan kondisi mobil tersebut.

Proses restorasi yang tepat serta menggunakan komponen orisinal menjadi salah satu faktor kunci dalam meningkatkan nilai mobil klasik. Menurut Bamsoet, nilai mobil bisa terdongkrak secara signifikan dalam rentang waktu lima hingga sepuluh tahun jika dilakukan dengan cermat. Namun, ia menekankan bahwa proses restorasi bukanlah hal yang instan. Menghidupkan kembali mobil-mobil klasik seperti BMW 2002, E21, atau E30 dapat memakan waktu berbulan-bulan, bahkan lebih dari satu tahun. Tantangan yang dihadapi dalam proses ini mencakup pencarian suku cadang orisinal yang sulit ditemukan, pengerjaan detail body dan interior yang memerlukan keahlian tinggi, serta menjaga keaslian nomor mesin dan rangka.

Lebih jauh, Bamsoet menyoroti bahwa bagi sebagian orang, restorasi mobil klasik adalah bentuk kecintaan terhadap otomotif dan upaya menghidupkan kembali kenangan masa lalu. Di sisi lain, ada pula individu yang melihatnya sebagai strategi investasi dengan potensi keuntungan yang signifikan. Namun, ia tidak menampik bahwa restorasi juga memiliki risiko. Tindakan yang kurang hati-hati, seperti melakukan restorasi berkualitas rendah, modifikasi berlebihan, atau memilih model yang tidak populer, dapat mengakibatkan penurunan nilai pasar mobil.

Dalam rangka mencapai hasil restorasi yang optimal, Bamsoet menekankan pentingnya dokumentasi, transparansi, dan profesionalisme. Ia mengingatkan para pelaku industri untuk tidak terjebak pada penawaran harga yang menggoda, yang bisa berujung pada kualitas restorasi yang rendah. “Kita sedang mengelola warisan sejarah otomotif, bukan sekadar kendaraan biasa,” ungkapnya, menegaskan tanggung jawab besar yang diemban oleh para penggila mobil klasik.

Kegiatan rolling thunder yang dihadiri oleh banyak penggemar ini mencerminkan semangat dan antusiasme masyarakat terhadap mobil klasik, sekaligus menguatkan komunitas yang bersatu dalam kecintaan terhadap otomotif. Dengan demikian, tidak hanya sekadar menjadi ajang berkumpul, tetapi juga sebagai sarana untuk memperkuat ekonomi kreatif yang berhubungan dengan mobil klasik. Dengan segala peluang dan tantangan yang ada, pasar mobil klasik, khususnya BMW, tetap menjanjikan bagi para kolektor dan penggemar di Indonesia.