Pada Sabtu malam, 9 Agustus 2025, sekitar 60.000 warga Israel berkumpul di Hostage Square, Tel Aviv, untuk menggelar demonstrasi besar-besaran. Mereka menuntut kesepakatan pertukaran tahanan dengan faksi-faksi Palestina dan menolak keputusan pemerintah yang dipimpin oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk menduduki kembali Jalur Gaza.
Demonstrasi ini merupakan bentuk protes terhadap kebijakan pendudukan penuh atas Gaza yang disetujui oleh kabinet keamanan Israel. Kebijakan tersebut menuai kritik tajam dari berbagai kalangan, termasuk keluarga para sandera dan kalangan militer. Mereka berpendapat bahwa langkah ini justru membahayakan keselamatan para tawanan dan menguras sumber daya militer Israel.
Keluarga para sandera yang hadir dalam aksi tersebut menyampaikan keprihatinan mendalam. Mereka menegaskan bahwa keputusan Netanyahu bertentangan dengan pendapat Kepala Staf IDF, Eyal Zamir, yang menyebut rencana pendudukan kembali Gaza sebagai “jebakan strategis” yang dapat menguras kekuatan militer selama bertahun-tahun dan membahayakan nyawa para sandera.
Selain itu, demonstrasi ini juga mencerminkan kemarahan publik terhadap perang yang telah berlangsung sejak Oktober 2023. Perang tersebut telah menewaskan lebih dari 61.000 orang dan menghancurkan wilayah Gaza, membawa penduduknya ke ambang kelaparan. Pada November tahun lalu, Mahkamah Pidana Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu dan mantan Kepala Pertahanan, Yoav Gallant, atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Sementara itu, di tingkat internasional, rencana pendudukan penuh atas Gaza juga menuai kecaman. Utusan China di PBB memperingatkan potensi pendudukan Israel atas seluruh Gaza dan mendesak Israel untuk segera menghentikan tindakan tersebut. China juga mendesak semua pihak untuk segera mencapai kesepakatan gencatan senjata yang mengikat dan berkelanjutan.
Demonstrasi ini menunjukkan ketegangan yang semakin meningkat di Israel terkait kebijakan pemerintah terhadap Gaza. Masyarakat Israel terbagi dalam menanggapi rencana pendudukan penuh tersebut, dengan sebagian mendukung dan sebagian menentang. Kritik terhadap kebijakan ini datang tidak hanya dari dalam negeri, tetapi juga dari komunitas internasional yang khawatir akan dampak kemanusiaan yang ditimbulkan.
Sementara itu, di Gaza, warga Palestina juga menggelar aksi protes menentang perang dan kebijakan kelaparan yang diberlakukan terhadap penduduk Gaza. Aksi serupa juga diadakan di Tel Aviv, Israel, pada hari yang sama, menuntut pencabutan semua pembatasan bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza dan gencatan senjata sesegera mungkin. Demonstrasi ini menunjukkan solidaritas internasional dalam menuntut penghentian konflik dan penghormatan terhadap hak asasi manusia di wilayah tersebut.
Dengan meningkatnya ketegangan dan protes di kedua belah pihak, harapan akan tercapainya gencatan senjata dan penyelesaian damai semakin mendesak. Masyarakat internasional terus mendesak kedua pihak untuk menghentikan kekerasan dan mencari solusi yang adil dan berkelanjutan bagi semua pihak yang terlibat.