Iran dan IAEA Sepakat Lanjutkan Konsultasi Nuklir

by -15 Views
[keyword]bitcoin[/keyword]

Pada awal Juli 2025, hubungan antara Iran dan Badan Energi Atom Internasional mengalami ketegangan signifikan setelah serangkaian serangan udara oleh Israel dan Amerika Serikat yang menargetkan fasilitas nuklir utama Iran. Serangan ini menyebabkan kerusakan parah pada infrastruktur nuklir Iran, termasuk situs-situs sensitif seperti Fordow dan Natanz. Akibatnya, pada 2 Juli 2025, Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, mengeluarkan dekrit yang menangguhkan kerja sama dengan IAEA, termasuk penghentian inspeksi dan pengawasan sesuai dengan Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir.

Keputusan ini menimbulkan keprihatinan di kalangan negara-negara Eropa, yang menilai langkah tersebut sebagai sinyal buruk bagi diplomasi internasional. Jerman, misalnya, menyatakan bahwa penghentian kerja sama dengan IAEA dapat menghambat upaya diplomatik untuk mencegah proliferasi nuklir.

Menanggapi situasi ini, Wakil Menteri Luar Negeri Iran, Kazem Gharibabadi, mengumumkan bahwa Iran akan menerima kunjungan tim teknis IAEA dalam waktu dua hingga tiga minggu untuk membahas “kerangka kerja sama masa depan.” Namun, Gharibabadi menegaskan bahwa tim tersebut tidak akan diberikan akses ke situs-situs nuklir yang telah rusak akibat serangan udara.

Sementara itu, Presiden Pezeshkian menekankan bahwa kelanjutan kerja sama dengan IAEA bergantung pada koreksi “standar ganda” yang diterapkan oleh badan tersebut. Ia menegaskan bahwa setiap agresi lebih lanjut terhadap Iran akan ditanggapi dengan respons yang lebih tegas.

Sebelumnya, pada Maret 2023, IAEA dan Organisasi Energi Atom Iran telah mengeluarkan pernyataan bersama yang berisi komitmen Iran untuk memungkinkan IAEA melakukan verifikasi dan pemantauan lebih lanjut di fasilitas nuklir tertentu. Namun, hingga saat ini, implementasi dari pernyataan tersebut belum menunjukkan kemajuan signifikan.

Kondisi ini menambah kompleksitas dalam upaya diplomatik untuk membatasi program nuklir Iran dan mencegah potensi proliferasi senjata nuklir di kawasan tersebut. Ketegangan yang meningkat antara Iran dan IAEA, ditambah dengan serangan militer terhadap fasilitas nuklir Iran, menimbulkan tantangan besar bagi komunitas internasional dalam mencari solusi damai dan efektif.