BYD Atto 1 Dijual Tanpa Wall Charger, Pembeli Harus Siapkan Biaya Tambahan

by -13 Views
[keyword]bitcoin[/keyword]

Yogyakarta menjadi sorotan baru dalam industri otomotif, terutama dengan kehadiran BYD Atto 1, kendaraan listrik yang mulai dipasarkan di Indonesia. Mobil ini hadir dalam dua varian, yakni tipe Dynamic dengan jangkauan 300 km, yang dijual seharga Rp 195 juta, dan tipe Premium dengan kemampuan menjangkau 380 km, ditawarkan seharga Rp 235 juta. Meski harga ini menarik banyak perhatian, pembeli perlu memerhatikan satu detail penting: BYD Atto 1 tidak dilengkapi dengan fasilitas wall charger.

Wall charger adalah alat pengisian baterai khusus yang memungkinkan pemilik mobil listrik untuk mengisi ulang daya secara efisien di rumah. Dalam konteks ini, calon pembeli harus memikirkan biaya tambahan jika ingin memasang wall charger tersebut. Luther T. Panjaitan, Head of Public and Government Relations di PT BYD Motor Indonesia, menjelaskan bahwa ada beberapa komponen yang harus dipertimbangkan saat memasang wall charger. Pertama adalah perangkat chargernya itu sendiri, kemudian ada biaya untuk pemasangan perangkat, dan yang tak kalah penting adalah instalasi listrik.

Biaya untuk wall charger sendiri berkisar Rp 8,5 juta. Namun, Luther tidak dapat memberikan angka pasti tentang total biaya pemasangan. Hal ini disebabkan oleh banyaknya faktor yang memengaruhi, termasuk kondisi rumah dan infrastruktur listrik yang sudah ada. Pihak PLN, menurut Luther, akan lebih cakap dalam memberikan estimasi biaya pemasangan, karena mereka yang mengetahui detil tentang penambahan daya listrik atau pemasangan meteran baru yang mungkin diperlukan.

Untuk memasang wall charger, Luther menyarankan agar konsumen menggunakan produk asli yang dijual oleh dealer resmi BYD. Keunggulan menggunakan wall charger resmi adalah adanya jaminan kualitas dan garansi yang melindungi konsumen dari berbagai risiko teknis. Dengan pemasangan wall charger yang baik, pemilik mobil listrik dapat lebih mudah mengisi ulang daya, sehingga membuat pengalaman berkendara lebih nyaman dan praktis.

Hal yang perlu diperhatikan adalah kebutuhan listrik untuk pemasangan wall charger tersebut. Menurut Luther, minimal daya listrik yang dibutuhkan untuk menggunakan wall charger ini adalah 7.700 watt. Jumlah ini cukup signifikan dan mungkin memerlukan penyesuaian terhadap sistem kelistrikan yang ada di rumah. Oleh karena itu, saat konsumen melakukan pembelian Atto 1, penting mereka berkoordinasi dengan dealer untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang pemasangan dan proses komunikasi dengan pihak PLN.

Kendati biaya awal pemasangan wall charger menjadi perhatian, fasilitas ini adalah investasi penting bagi pemilik mobil listrik. Dengan semakin banyaknya kendaraan listrik yang muncul di pasar, infrastruktur pengisian daya menjadi semakin relevan. Wall charger tidak hanya mempermudah pengisian daya, tetapi juga mengoptimalkan penggunaan kendaraan listrik itu sendiri.

Di tengah pergeseran menuju kendaraan ramah lingkungan, kehadiran BYD Atto 1 diharapkan bisa menjadi titik awal bagi banyak orang untuk beralih dari kendaraan berbahan bakar fosil. Memiliki wall charger sebagai fasilitas pribadi menjadikan transisi ini semakin mulus. Tentu saja, simbiosis antara pengguna kendaraan listrik dan penyedia infrastruktur seperti PLN dan dealer mobil listrik akan menjadi faktor kunci dalam mendorong pertumbuhan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia.

Dalam jangka panjang, dengan adanya layanan yang mendukung kebutuhan pemilik kendaraan listrik, diharapkan angka penjualan dapat terus meningkat. Kesadaran masyarakat akan pentingnya beralih ke kendaraan ramah lingkungan pun akan semakin menyebar. Dengan kehadiran produk seperti BYD Atto 1, ditambah kemudahan dalam pengisian baterai, masyarakat diharapkan semakin terbuka untuk menjelajahi potensi berkelanjutan dari energi terbarukan.

Oleh karena itu, para calon pembeli bukan hanya perlu mempertimbangkan harga dan spesifikasi mobil, tetapi juga mempertimbangkan aspek-aspek tambahan seperti pengisian daya dan infrastruktur pendukung lainnya. Ini adalah bagian dari gaya hidup baru yang perlu diadopsi, di mana keberlanjutan dan efisiensi menjadi prioritas utama dalam setiap keputusan mobilitas.