Sejumlah aktivis Indonesia, yang tergabung dalam inisiatif Sumud Nusantara, tengah bersiap untuk berlayar menuju Gaza dalam misi kemanusiaan untuk mematahkan blokade yang diberlakukan oleh Zionis Israel. Rifa Berliana Arifin, dari Presidium Aqsa Working Group, mengungkapkan bahwa Indonesia bersama 43 negara lainnya akan berangkat ke Gaza pada akhir Agustus dengan sekitar 70 kapal yang siap berusaha menembus blokade tersebut. Dalam kesempatan konferensi pers yang berlangsung di Jakarta, Jumat lalu, Rifa menyatakan bahwa sejumlah organisasi non-pemerintah dari Indonesia, seperti AWG dan International Networking for Humanitarian, telah berkomitmen untuk berpartisipasi dalam gerakan ini.
Rifa menjelaskan bahwa beberapa NGO lainnya juga menunjukkan dukungan, meski tidak mengirimkan perwakilan mereka secara langsung, tetapi tetap berkontribusi sebagai bagian dari armada Global Sumud Flotilla. Dia baru saja menghadiri pertemuan Global Sumud Flotilla di Tunisia yang berlangsung selama seminggu, di mana agenda utamanya membahas proses menyiapkan misi ke Gaza, termasuk aspek logistik dan teknis pelaksanaan. Menurutnya, jalur laut dipilih karena itu merupakan satu-satunya rute yang masih memungkinkan untuk menembus blokade yang ketat. Jalur udara dan darat, menurut Rifa, tidak mungkin dilalui mengingat perbatasan yang dijaga secara ketat oleh otoritas Zionis.
Perwakilan dari INH, Muhammad Husein, juga menambahkan bahwa diperkirakan sekitar 1.400 orang dari 44 negara akan bergabung dalam armada kemanusiaan ini. Kapasitas setiap kapal terbatas, hanya mampu menampung sekitar 20 orang, sehingga jumlah peserta dari tiap negara bervariasi. Beberapa negara bahkan tidak menyediakan kapal, namun tetap berkontribusi dengan bergabung dalam armada kapal yang diorganisir oleh negara lain.
Sementara itu, Ketua Majelis Ulama Indonesia Pusat bidang Hubungan Luar Negeri, Sudarnoto Abdul Hakim, menegaskan bahwa blokade Gaza telah melanggar hukum internasional, termasuk Konvensi Jenewa IV yang melarang hukuman kolektif. Dalam kesempatan yang sama, Farid Zanzabil Al Ayubi, perwakilan dari AWG, menggambarkan misi ini sebagai ‘Badai Kapal’ yang terinspirasi dari pergerakan Taufanul Aqsa. Farid mengungkapkan harapannya untuk berhasil menembus blokade Gaza dan memberikan bantuan berupa makanan, minuman, dan kebutuhan dasar lainnya untuk rakyat Gaza.
Global Sumud Flotilla, yang bertujuan untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan vital ke Gaza, juga ingin menyampaikan pesan yang tegas bahwa dunia tidak akan berdiam diri melihat genosida dan blokade yang sudah berlangsung selama 18 tahun terhadap lebih dari dua juta penduduk Gaza. Negara-negara yang berpartisipasi dalam misi ini antara lain Indonesia, Malaysia, Amerika Serikat, Brasil, Italia, Maroko, Sri Lanka, Tunisia, Belanda, Kolombia, dan banyak negara lainnya. Komunitas Sumud Nusantara termasuk gerakan gabungan yang mewakili negara-negara Asia, seperti Indonesia, Malaysia, Filipina, Maladewa, Bangladesh, Bhutan, Thailand, Sri Lanka, Nepal, dan Pakistan.
Keberangkatan armada kemanusiaan ini diharapkan dapat menjadi langkah signifikan dalam memberikan dukungan kepada rakyat Gaza yang terus menghadapi tantangan berat akibat blokade yang merugikan. Pelaksanaan misi ini bukan hanya tentang pengiriman bantuan, tetapi juga upaya untuk membangkitkan kesadaran global mengenai keadaan yang dihadapi oleh penduduk Gaza dalam perjuangan mereka untuk mendapatkan hak dan kebebasan. Semoga dengan misi ini, harapan akan perdamaian dan kemanusiaan bisa terus digaungkan di seluruh dunia.