Di Indonesia, pasar mobil listrik bekas masih tergolong dalam tahap pengenalan. Meskipun semakin banyaknya model baru yang bermunculan, permintaan untuk mobil listrik bekas masih jauh di bawah mobil berbahan bakar konvensional atau hybrid. Menurut Direktur OLXMobbi, Agung Iskandar, meskipun terjadi peningkatan transaksi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, antusiasme masyarakat untuk membeli mobil listrik bekas belum sebanding dengan kendaraan berbahan bakar minyak. Hal ini tercermin dari data pencarian di platform iklan baris yang menunjukkan bahwa mobil bermesin konvensional tetap menjadi prioritas utama.
Salah satu faktor yang memengaruhi rendahnya permintaan adalah harga jual mobil listrik bekas yang mengalami depresiasi signifikan. Hal ini disebabkan oleh tingginya jumlah model baru yang masuk ke pasar, yang menjadikan mobil listrik bekas kurang menarik bagi calon pembeli. Agung menuturkan bahwa di pasar mobil baru, beragam pilihan mobil listrik tersedia, tetapi di pasar bekas, hanya beberapa model yang benar-benar menarik minat, seperti Hyundai Ioniq 5 dan Wuling Air ev.
Berdasarkan analisis pasar, harga mobil listrik bekas saat ini cenderung mengalami penurunan yang lebih besar jika dibandingkan dengan depresiasi mobil hybrid dan konvensional. Menurut observasi di lapangan, banyak calon pembeli merasa ragu untuk beralih ke mobil listrik bekas. Mereka biasanya memiliki pertimbangan mengenai biaya perawatan, ketersediaan infrastruktur pengisian daya, dan potensi ketahanan teknologi yang masih relatif baru.
Namun, ada harapan positif untuk peningkatan permintaan mobil listrik bekas di masa mendatang. Agung optimis bahwa dalam kurun 3 hingga 5 tahun ke depan, ketertarikan masyarakat terhadap mobil listrik bekas akan meningkat seiring dengan asumsi bahwa harga akan lebih terjangkau dan infrastruktur pengisian daya akan semakin mapan. Saat ini, meskipun masih tertinggal, tren global dan kesadaran lingkungan yang meningkat akan mendorong konsumen untuk lebih memperhatikan kendaraan ramah lingkungan, termasuk di dalamnya adalah mobil listrik.
Kendati demikian, pasar mobil konvensional dan hybrid masih sangat kuat. Bagi sebagian masyarakat, mobil listrik mungkin masih dianggap sebagai pilihan yang mahal atau teknologi yang belum sepenuhnya memahami kelebihan dan kekurangan. Hal inilah yang menyebabkan pasar mobil listrik bekas bergerak lambat.
Masyarakat sering kali lebih akrab dengan mobil berbahan bakar minyak yang telah ada lebih lama dan menawarkan kemudahan layanan purna jual yang lebih mapan. Sementara itu, meski mobil listrik menawarkan berbagai benefit seperti efisiensi energi dan rendah emisi, banyak yang masih merasa ragu akan biaya penggantian baterai di masa mendatang, yang menjadi salah satu isu utama dalam diskusi mengenai mobil listrik.
Kultur otomotif di Indonesia yang belum sepenuhnya beralih ke teknologi ramah lingkungan ini menunjukkan adanya tantangan bagi produsen mobil listrik untuk memperluas jangkauan pasarnya. Upaya edukasi dan informasi dari pihak terkait sangat diperlukan supaya konsumen memahami manfaat dan potensi mobil listrik, serta transformasi yang akan terjadi seiring dengan perkembangan teknologi dan kebijakan pemerintah yang semakin mendukung penggunaan kendaraan ramah lingkungan.
Dalam beberapa tahun ke depan, seiring dengan semakin banyaknya inovasi dan model kendaraan listrik yang ditawarkan, masyarakat diharapkan akan lebih terbuka untuk mengadopsi mobil listrik, termasuk yang sudah digunakan sebelumnya. Asumsi ini mengindikasikan bahwa pasar mobil listrik bekas memiliki potensi untuk tumbuh, dan dengan upaya yang tepat, mobil listrik bekas bisa menjadi bagian penting dari alternatif transportasi di era modern.
Kondisi ini menjadi tantangan sekaligus peluang bagi para pelaku industri otomotif, termasuk dealer dan penyedia layanan purna jual. Ketersediaan model-model bekas yang diminati, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, perlu didukung dengan strategi pemasaran yang tepat serta penawaran menarik untuk memikat calon pembeli yang masih ragu. Akhirnya, kesuksesan mobil listrik bekas di Indonesia akan bergantung pada bagaimana semua elemen ini bekerja sama untuk mendorong perubahan perilaku masyarakat dalam memilih kendaraan yang lebih ramah lingkungan.