PM Jepang Shigeru Ishiba Dianggap Tak Terhindar dari Pengunduran Diri Pasca Kekalahan Pemilu

by -11 Views
[keyword]bitcoin[/keyword]

Perdana Menteri Jepang, Shigeru Ishiba, menghadapi tekanan signifikan setelah koalisi pemerintahannya mengalami kekalahan dalam pemilihan Majelis Tinggi pada 20 Maret 2025. Kekalahan ini menimbulkan desakan dari anggota Partai Demokratik Liberal agar Ishiba bertanggung jawab atas hasil tersebut.

Meskipun menghadapi tekanan internal, Ishiba menegaskan komitmennya untuk tetap menjabat sebagai Perdana Menteri. Ia menekankan pentingnya melanjutkan negosiasi perdagangan dengan Amerika Serikat yang sedang berlangsung, yang dianggap krusial bagi ekonomi Jepang. Ishiba menegaskan bahwa ia tidak akan mengundurkan diri selama proses negosiasi tersebut berlangsung.

Sebelumnya, pada 27 September 2024, Ishiba terpilih sebagai ketua LDP, menggantikan Fumio Kishida yang mengundurkan diri. Kemenangan ini membuka jalan baginya untuk menjadi Perdana Menteri Jepang yang ke-101. Namun, meskipun terpilih sebagai pemimpin partai, Ishiba menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan stabilitas politik dan kepercayaan publik.

Kekalahan dalam pemilihan Majelis Tinggi menandai pertama kalinya sejak 1955 bahwa LDP dan mitra koalisinya, Komeito, kehilangan mayoritas di kedua majelis parlemen. Meskipun demikian, Majelis Tinggi tidak memiliki wewenang untuk mengajukan mosi tidak percaya, sehingga pemerintahan Ishiba tetap berlanjut.

Di tengah situasi ini, Ishiba berencana untuk bertemu dengan mantan Perdana Menteri Taro Aso, Yoshihide Suga, dan Fumio Kishida untuk menjelaskan keputusannya untuk tetap menjabat meskipun menghadapi kekalahan dalam pemilihan. Pertemuan ini diharapkan dapat memperkuat posisi politiknya dan memastikan dukungan dari berbagai elemen dalam partai.

Sementara itu, anggota parlemen LDP yang lebih muda dan menengah mulai mengumpulkan tanda tangan untuk menuntut pertemuan gabungan anggota partai guna meminta pertanggungjawaban Ishiba. Ketidakpuasan terhadap kepemimpinan Ishiba terus meningkat di berbagai kepengurusan tingkat daerah LDP, mencerminkan tantangan yang dihadapi oleh Perdana Menteri dalam mempertahankan stabilitas partai dan pemerintahannya.

Situasi ini menyoroti dinamika politik Jepang yang kompleks, di mana hasil pemilihan dapat mempengaruhi arah kebijakan dan stabilitas pemerintahan. Keputusan Ishiba untuk tetap menjabat sebagai Perdana Menteri akan diuji oleh kemampuan pemerintahannya dalam mengatasi tantangan politik dan ekonomi yang ada.