Seoul mengalami situasi yang memprihatinkan di tengah gelombang panas yang melanda kota-kota besar di Korea Selatan. Otoritas kesehatan setempat melaporkan bahwa sepanjang tahun ini, 13 orang telah kehilangan nyawa akibat penyakit yang berkaitan dengan kondisi cuaca ekstrem ini. Gelombang panas, yang mulai terasa sejak pertengahan Mei, telah memicu lonjakan pengunjung di unit gawat darurat, dengan total 2.768 pasien menjalani perawatan hingga tanggal 29 Juli.
Angka pasien yang mengalami masalah kesehatan terkait panas ini menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, yakni hingga 2,6 kali lipat. Kondisi ini mencerminkan dampak serius dari gelombang panas yang berkepanjangan. Dari 2.768 pasien yang dirawat, mayoritas mengalami kelelahan akibat panas, yang dikenal luas sebagai sengatan matahari, mencakup lebih dari 60 persen dari total jumlah. Di samping itu, 16,6 persen pasien mengalami sengatan panas, sementara 13,5 persen mengalami kram panas. Sebanyak 8 persen lainnya mengalami sinkop panas, yang merupakan kondisi pingsan berkaitan dengan dehidrasi atau kepanasan.
Kondisi cuaca ekstrem di Korea Selatan ditandai dengan suhu yang melonjak tinggi. Suhu di Daejeon, misalnya, diperkirakan mencapai 38 derajat Celsius pada Rabu, dengan Seoul dan Daegu tidak jauh berbeda, masing-masing mencatat suhu 36 derajat Celsius. Wilayah-wilayah tersebut telah diberi peringatan tentang potensi bahaya yang ditimbulkan oleh gelombang panas yang terus berlanjut. Badan Meteorologi Korea menyatakan bahwa gelombang panas ini kemungkinan masih akan meningkat dalam beberapa hari mendatang, memperburuk situasi kesehatan masyarakat.
Satu hal yang patut dicatat adalah peningkatan intensitas malam tropis. Di Seogwipo, yang terletak di Pulau Jeju, malam tropis telah berlangsung selama 15 malam berturut-turut, sementara Seoul sendiri mencatat malam tropis ke-10 secara berurutan. Suhu malam yang tidak turun di bawah 20 derajat Celsius ini mengindikasikan tingkat kelembapan yang tinggi dan ketidaknyamanan yang semakin menyengat bagi warga.
Dengan situasi yang semakin mendesak, pemerintah setempat telah berupaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai bahaya yang timbul akibat kondisi cuaca ekstrem ini. Rekomendasi bagi masyarakat termasuk menghindari aktivitas di luar ruangan pada siang hari ketika suhu mencapai puncaknya, memperbanyak konsumsi air untuk mencegah dehidrasi, dan mencari tempat berlindung yang sejuk. Masyarakat juga disarankan untuk mengenali tanda-tanda awal dari kelelahan akibat panas, agar bisa segera mendapatkan penanganan medis jika diperlukan.
Dalam konteks yang lebih luas, gelombang panas di Korea Selatan ini bukan hanya masalah kesehatan masyarakat, tetapi juga mencerminkan tantangan yang dihadapi oleh masyarakat global di tengah perubahan iklim yang semakin nyata. Fenomena cuaca ekstrem yang terjadi saat ini dapat dilihat sebagai indikator tentang perlunya tindakan yang lebih signifikan dalam mengatasi perubahan iklim. Langkah-langkah untuk beradaptasi dan memitigasi dampak dari perubahan cuaca menjadi semakin mendesak agar dapat melindungi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
Melihat kondisi ini, sangat penting bagi semua pihak, mulai dari individu, komunitas, hingga pemerintah, untuk bersinergi dalam menangani masalah yang ditimbulkan oleh gelombang panas. Kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan di tengah cuaca ekstrem perlu ditingkatkan agar tragedi kehilangan nyawa akibat penyakit yang berhubungan dengan panas tidak terulang di masa depan. Dalam menghadapi kondisi ini, solidaritas dan kepedulian antarwarga juga semakin diperlukan, terutama bagi kelompok rentan yang lebih mudah terpengaruh oleh suhu yang ekstrem.