Gelombang Tsunami Setinggi 60 cm Landa Pesisir Jepang Setelah Gempa 8,8 M di Kamchatka Rusia

by -13 Views
[keyword]bitcoin[/keyword]

Di Tokyo, sebagian besar wilayah pesisir Pasifik Jepang mengalami gelombang tsunami yang tinggi mencapai 60 sentimeter pada Rabu setelah gempa hebat dengan magnitudo 8,8 mengguncang Semenanjung Kamchatka, Rusia. Kejadian ini memicu Badan Meteorologi Jepang untuk mengeluarkan peringatan evakuasi yang berlaku di sepanjang pantai, mulai dari Hokkaido di utara hingga Prefektur Wakayama di barat. Peringatan tersebut membuat banyak layanan transportasi, termasuk kereta api, jalan raya, dan penerbangan, terganggu secara signifikan.

Akibat gelombang tsunami ini, operator pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi, yang masih dalam proses dekomisioning setelah bencana sebelumnya pada tahun 2011, menghentikan semua pembuangan air limbah radioaktif ke Samudra Pasifik. Peringatan awal dari badan meteorologi mengindikasikan kemungkinan terjadinya gelombang tsunami setinggi 3 meter. Di Hokkaido, gelombang tsunami tertinggi yang terdeteksi mencapai 60 cm, sementara gelombang setinggi 20 cm juga terpantau di kawasan Harumi, Tokyo.

Lebih jauh, tsunami juga mengejutkan Prefektur Aichi serta bagian barat daya Jepang, termasuk Kagoshima dan Miyazaki, serta Kepulauan Ogasawara yang terletak di selatan Tokyo. Badan Meteorologi Jepang memperkirakan bahwa peringatan tsunami ini akan tetap berlaku sepanjang hari, dengan seorang pejabat menyatakan dalam konferensi pers bahwa gelombang tsunami mungkin tetap tinggi dalam sekitar satu hari ke depan. Perdana Menteri Jepang, Shigeru Ishiba, berkomitmen untuk mengambil semua langkah yang diperlukan demi keselamatan masyarakat, memberdayakan kementerian dan lembaga terkait untuk meminimalkan kerusakan akibat tsunami.

Dalam perkembangan lebih lanjut, Kepala Sekretaris Kabinet Yoshimasa Hayashi memohon kepada warga untuk segera mengungsi ke tempat yang lebih tinggi, terutama bagi mereka di wilayah yang terancam oleh tsunami. Gempa yang menjadi pemicu bencana ini terjadi pada pukul 08.24 waktu setempat, berlokasi sekitar 120 kilometer di timur-southeast Petropavlovsk-Kamchatsky dengan kedalaman sekitar 20 kilometer, menurut informasi dari survei geologi. Sementara itu, kantor berita Rusia melaporkan tsunami dengan ketinggian 3 hingga 4 meter terjadi di sebuah distrik di Semenanjung Kamchatka.

Badannya Meteorologi Jepang awalnya mengeluarkan imbauan tsunami, namun kemudian meningkatkan statusnya menjadi peringatan karena ukuran magnitudo gempa yang direvisi dari sebelumnya 8,0. Pusat gempa tercatat dengan kategori 2 pada skala intensitas seismik Jepang, yang maksimal mencapai 7, di wilayah Hokkaido. Selain dampak pada transportasi, Bandara Sendai di Prefektur Miyagi terpaksa menutup landasan pacunya untuk keselamatan penerbangan.

Pihak JR East dan JR Central berhenti sementara pelayanan kereta api di dekat wilayah pesisir, begitu pula dengan layanan JR Hokkaido yang menghentikan operasional di jalur Hidaka dan Senmo, mengharuskan evakuasi penumpang dan awak dari kereta. Di Fukushima Daiichi, Tokyo Electric Power Company Holdings Inc. menginstruksikan seluruh pekerjanya untuk mengungsi ke lokasi yang lebih aman. Prosedur penanganan bencana alam di tubuh perusahaan ini berakibat pada penghentian manual pembuangan air limbah hingga pukul 09.05 waktu setempat. Untungnya, hingga saat ini tidak ada penyimpangan yang dilaporkan di pembangkit listrik nuklir tersebut.

Sejumlah perusahaan lainnya juga melaksanakan penghentian operasional akibat bencana ini. Nissan Motor Co. menangguhkan produksi di pabrik-pabrik yang berada di Prefektur Kanagawa dan Ibaraki, sementara gerai-gerai swalayan besar, seperti Seven-Eleven Japan, juga menutup ratusan tokonya di sepanjang pantai Pasifik. Penutupan ini juga berlaku untuk seluruh pantai di Prefektur Miyagi. Sejarah mencatat, pada tahun 1952, gempa dengan magnitudo 8,2 yang juga terjadi di lepas pantai Semenanjung Kamchatka memicu tsunami setinggi 3 meter, menyebabkan banjir yang merusak sekitar 1.200 rumah.

Dalam keadaan seperti ini, masyarakat di Jepang terus berusaha untuk tetap tenang dan patuh pada arahan yang diberikan oleh pemerintah dan pihak berwenang. Keamanan publik menjadi prioritas utama, sehingga segala langkah preventif pun dikerahkan mengingat Jepang adalah negara yang rentan terhadap bencana alam. Ketegangan di seluruh negeri terasa, namun upaya untuk menanggulangi risiko tsunami tersebut terus dilakukan secara sistematis dan terkoordinasi, demi menjaga keselamatan setiap individu di area yang terdampak.