Aliansi Rakyat Indonesia Bela Palestina mengungkapkan keprihatinan mendalam atas terus berlanjutnya pembunuhan jurnalis di Jalur Gaza. Sejak 7 Oktober 2023, jumlah jurnalis yang tewas akibat serangan militer Israel telah mencapai angka tragis 304 orang. Ketua Komite Pelaksana ARI-BP, Zaitun Rasmin, dalam sebuah diskusi di Jakarta, menekankan bahwa tindakan kekerasan ini tak hanya menghilangkan nyawa manusia, tetapi juga berusaha untuk membungkam kebenaran.
Zaitun mengungkapkan betapa keji tindakan tersebut terhadap para wartawan, yang seharusnya berperan penting dalam menyampaikan informasi yang benar kepada masyarakat. “Mereka bukan saja membunuh manusia, tapi berupaya membunuh suara kebenaran. Mereka tidak ingin ada suara lain selain suara mereka sendiri,” tambahnya.
Diskusi dan konferensi pers yang diadakan ARI-BP bekerja sama dengan Majelis Ulama Indonesia ini dipicu oleh sebuah insiden baru-baru ini, di mana tentara Israel menyerang tenda jurnalis yang berada dekat Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza Utara, mengakibatkan lima jurnalis tewas. Zaitun menekankan bahwa penting untuk terus menyuarakan kebebasan penuh bagi Palestina guna mengakhiri aneksasi dan kekerasan yang dilakukan oleh rezim Zionis di wilayah tersebut.
OLEH SEBAB ITU, ARI-BP mengajak seluruh jurnalis di tanah air untuk berkomitmen dalam menyampaikan kebenaran, terutama yang berkaitan dengan kemanusiaan di Gaza. “Kami mendorong jurnalis untuk tetap bersuara dan menunjukkan solidaritas kepada sesama rekan kerja di lapangan. Kita perlu memberitakan bahwa seluruh dunia harus segera menghentikan kekejaman ini. Mari lindungi awak media dan wartawan, serta tegakkan kembali nilai-nilai kemanusiaan,” ungkap Zaitun dengan semangat.
Situasi di Gaza semakin memprihatinkan, di mana jurnalis seringkali menjadi target dalam konflik yang sedang berlangsung. Mereka berjuang keras untuk memberikan informasi yang akurat dan mengungkapkan realitas di lapangan meski dalam kondisi berbahaya. Keberadaan mereka sangat penting untuk memastikan bahwa suara orang-orang yang terpinggirkan, seperti warga Gaza, tetap terdengar di forum internasional.
Kepala ARI-BP menambahkan bahwa aksi solidaritas ini bertujuan untuk mengangkat suara dan melindungi hak-hak jurnalis yang menghadapi risiko tinggi dalam melaksanakan tugasnya. Setiap laporan yang mereka buat merupakan cerminan derita dan harapan masyarakat Palestina yang terus berjuang demi kebebasan dan keadilan.
Dalam konteks ini, Zaitun juga mengajak semua pihak, baik individu maupun organisasi, untuk bersatu padu dalam mendukung upaya perlindungan terhadap jurnalis yang beroperasi dalam kondisi penuh risiko. Ketidakberdayaan masyarakat untuk melindungi diri mereka sendiri dalam situasi konflik menuntut para jurnalis untuk berani menyampaikan informasi yang mungkin tidak ingin didengar oleh pihak berwenang.
Komitmen untuk melindungi jurnalis dan mengungkapkan kebenaran membutuhkan dukungan luas dari semua kalangan. Dalam menghadapi situasi ini, penting bagi masyarakat global untuk lebih peka dan responsif terhadap nasib jurnalis dan warga sipil yang terjebak dalam konflik berdarah ini. Bukan hanya sebagai tugas profesional, tetapi juga sebagai bagian dari tanggung jawab moral bersama demi kemanusiaan.
Dengan terus menyuarakan pentingnya kebebasan pers di tengah tekanan yang ada, diharapkan suara-suara untuk perdamaian dan keadilan dapat terus menggema hingga ke seluruh penjuru dunia. Kesadaran ini diharapkan tidak hanya mengedukasi publik, tetapi juga mendorong aksi nyata untuk menyelesaikan konflik dan melindungi hak asasi manusia semua pihak, termasuk jurnalis yang kerap jadi korban.