Israel Siapkan Operasi Pendudukan di Gaza Meski Hamas Sepakati Gencatan Senjata

by -12 Views
[keyword]bitcoin[/keyword]

Pada Selasa, 19 Agustus 2025, media Israel melaporkan bahwa tentara cadangan mulai menerima panggilan untuk rencana pendudukan Kota Gaza, meskipun Hamas telah menerima usulan gencatan senjata yang diserahkan oleh Mesir dan Qatar. Penyiar Channel 12 mengabarkan bahwa pasukan Israel telah mengeluarkan perintah darurat yang disebut “Order 8” kepada tentara cadangan untuk melakukan operasi menduduki Kota Gaza. Diperkirakan puluhan ribu tentara cadangan akan dipanggil dalam beberapa hari ke depan. Kepala militer Eyal Zamir juga memperpanjang masa tugas prajurit cadangan yang saat ini bertugas. Langkah militer ini dipandang sebagai persiapan untuk kemungkinan pendudukan Kota Gaza, dengan tentara Israel sedang melakukan semua persiapan akhir untuk melaksanakan rencana tersebut.

Sementara itu, perundingan gencatan senjata antara Israel dan Hamas terus berlangsung. Pada 18 Agustus 2025, Hamas menerima proposal gencatan senjata selama 60 hari yang diajukan oleh Mesir dan Qatar, dengan dukungan Amerika Serikat. Proposal ini mencakup pembebasan sebagian sandera yang ditahan oleh Hamas dan beberapa tahanan Palestina oleh Israel. Meskipun Hamas telah menerima proposal tersebut, Israel belum memberikan tanggapan resmi. Sumber-sumber yang tidak disebutkan namanya mengungkapkan bahwa perundingan tersebut berlangsung dalam suasana positif, dengan optimisme mencapai kesepakatan.

Namun, situasi di lapangan tetap tegang. Pasukan Israel melanjutkan serangan ke Gaza, termasuk serangan besar-besaran pada 11 Agustus di lingkungan Zeitoun, Kota Gaza, yang melibatkan penghancuran rumah-rumah dengan robot jebakan, tembakan artileri, tembakan acak, dan pemindahan paksa. Selain itu, Israel berencana untuk menduduki kembali Jalur Gaza secara bertahap, dimulai dengan Kota Gaza, yang mencakup pemindahan sekitar 1 juta warga Palestina dari Kota Gaza ke selatan, diikuti dengan pengepungan kota dan penyerbuan ke permukiman.

Di sisi lain, situasi dalam negeri Israel juga memanas. Ribuan warganya turun ke jalan menuntut penghentian perang dan mendesak pembebasan para sandera. Pada Minggu, 17 Agustus 2025, demonstran bahkan memblokade jalan utama yang menghubungkan Yerusalem dan Tel Aviv. Protes ini menunjukkan tekanan publik yang meningkat terhadap pemerintah Israel untuk mencapai kesepakatan dengan Hamas dan mengakhiri konflik yang telah berlangsung hampir dua tahun ini.

Perang yang telah berlangsung hampir dua tahun ini menimbulkan kehancuran besar. Data terakhir mencatat lebih dari 62 ribu warga Palestina tewas akibat serangan Israel sejak 2023. Jalur Gaza kini berada di ambang kelaparan akibat blokade dan serangan bertubi-tubi. Sementara itu, Israel terus melanjutkan serangan, bahkan berupaya memaksa warga Palestina direlokasi ke selatan Gaza. Usulan tersebut ditolak keras oleh Hamas, yang menyebut relokasi hanyalah kedok untuk menutupi kejahatan pasukan pendudukan.

Meskipun ada upaya perundingan dan proposal gencatan senjata, situasi di lapangan tetap kompleks dan penuh ketegangan. Baik Israel maupun Hamas memiliki tuntutan dan kondisi yang berbeda, yang membuat proses negosiasi menjadi sulit. Masyarakat internasional terus mendesak kedua belah pihak untuk mencapai kesepakatan yang dapat mengakhiri konflik dan membawa perdamaian bagi wilayah tersebut.