Pada awal Agustus 2025, Jepang menghadapi gelombang panas ekstrem yang berlangsung selama tiga hari berturut-turut, dengan suhu melebihi 40 derajat Celsius. Badan Meteorologi Jepang melaporkan bahwa pada Jumat, 1 Agustus, suhu di Kota Kuwana, Prefektur Mie, mencapai 40,4 derajat Celsius, menjadikannya wilayah terbaru yang mencatatkan suhu tertinggi. Selain itu, suhu panas yang berbahaya juga tercatat di wilayah lain, seperti Kota Nishiwaki di Prefektur Hyogo dengan 39,3 derajat Celsius, Kota Hamamatsu di Prefektur Shizuoka dengan 39,2 derajat Celsius, Kota Toyota di Prefektur Aichi dengan 39,1 derajat Celsius, dan Kota Mino di Prefektur Gifu dengan 39 derajat Celsius.
Gelombang panas ini tidak hanya menyebabkan suhu ekstrem, tetapi juga meningkatkan risiko sengatan panas. Peringatan sengatan panas telah dikeluarkan di 32 dari 47 prefektur di Jepang, mencakup area dari Tokai di Jepang tengah hingga Kyushu di Jepang barat. Pemerintah dan otoritas setempat mengimbau masyarakat untuk mengambil langkah-langkah pencegahan, seperti menggunakan pendingin udara, minum air secara teratur, mengonsumsi garam secukupnya, dan sering beristirahat saat beraktivitas di luar ruangan.
Sebelumnya, pada pertengahan Juni 2025, Jepang juga mengalami gelombang panas ekstrem yang menyebabkan kematian dan peningkatan jumlah pasien dengan gejala heatstroke. Pada saat itu, suhu di beberapa wilayah mencapai 38,2 derajat Celsius, lebih dari 10 derajat di atas rata-rata suhu pertengahan Juni. Kota Kofu, misalnya, mencatat suhu tertinggi 38,2 derajat Celsius, sementara wilayah lain seperti Gunma dan Shizuoka juga mencatat suhu di atas 37 derajat Celsius. Di Tokyo, suhu mencapai 34,8 derajat Celsius, dan di Osaka 33,4 derajat Celsius. Total ada 547 titik di seluruh Jepang yang mencatat suhu di atas 30 derajat Celsius.
Gelombang panas yang datang lebih awal dan lebih intens ini menimbulkan kekhawatiran serius terkait dampak perubahan iklim. Para ilmuwan menyatakan bahwa aktivitas manusia menyebabkan gelombang panas menjadi lebih parah, sering, dan meluas. Badan Meteorologi Jepang memperingatkan bahwa suhu tinggi diperkirakan masih akan berlanjut hingga bulan berikutnya. Fenomena ini juga mempengaruhi lingkungan, seperti bunga sakura yang mekar terlalu awal atau tidak mekar sempurna, serta salju puncak Gunung Fuji yang datang terlambat.
Pemerintah Jepang telah mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan mengambil langkah-langkah pencegahan guna mengurangi risiko sengatan panas. Masyarakat diimbau untuk menggunakan pendingin udara secara bijak, minum air secara teratur, mengonsumsi garam secukupnya, dan sering beristirahat saat beraktivitas di luar ruangan. Selain itu, penting untuk memperhatikan kesehatan lansia, anak-anak, dan mereka yang bekerja di luar ruangan, karena mereka lebih rentan terhadap dampak gelombang panas ekstrem.
Dengan meningkatnya frekuensi dan intensitas gelombang panas, penting bagi masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan mengambil tindakan preventif guna menjaga kesehatan dan keselamatan diri selama periode cuaca ekstrem ini.