Keluarga Al Saud: Bukan Keturunan Nabi Muhammad, Namun Penjaga Dua Kota Suci

by -14 Views
[keyword]bitcoin[/keyword]

Nabi Muhammad SAW, yang dikenal sebagai pemimpin pertama pemerintahan Islam, lahir di Makkah. Meski begitu, Raja Arab Saudi saat ini, Salman bin Abdulaziz Al Saud, bukanlah keturunan langsung Nabi Muhammad. Keluarga Al Saud lebih merupakan keturunan dari Muhammad bin Saud Al-Muqrin, pendiri kerajaan Saudi modern. Kekuasaan keluarga ini bermula pada abad ke-18 di wilayah Najd, yang terletak jauh dari pusat kekhalifahan serta dua kota suci, Makkah dan Madinah, yang pada waktu itu berada di bawah penguasaan Kesultanan Utsmaniyah.

Peristiwa penting bagi sejarah bakal lahirnya Arab Saudi terjadi pada tahun 1744 ketika Muhammad bin Saud, yang saat itu merupakan penguasa Diriyah, bertemu dengan ulama pembaharu Muhammad bin Abdul Wahhab. Pertemuan ini menjadi tonggak penting karena Abdul Wahhab membawa gagasan untuk mengembalikan Islam pada kemurnian ajarannya. Ide ini sekaligus menyerukan penghapusan praktik-praktik yang dianggap sebagai bid’ah, khurafat, dan kesyirikan. Melihat peluang untuk mewujudkan visi tersebut, Muhammad bin Saud menggabungkan kekuatan politik dan militer dengan legitimasi agama. Keduanya sepakat membentuk aliansi yang dikenal dengan prinsip al-dakwah wal-sayf, yang berarti dakwah dan pedang.

Keluarga Al Saud sering kali menjadi sasaran berbagai propaganda yang menyatakan bahwa mereka berasal dari keturunan Yahudi. Namun, analisis historis menunjukkan bahwa mereka berasal dari Mani bin Rabiah Al-Muraydi, yang menetap di Diriyah pada abad ke-15, dan termasuk dalam kabilah Bani Hanifah yang merupakan keturunan Adnan. Sementara itu, Nabi Muhammad SAW sendiri adalah keturunan Adnan melalui jalur Quraisy. Meskipun Al Saud bukanlah garis keturunan langsung Nabi, mereka tetap berasal dari suku Arab yang murni keturunan Nabi Ismail AS, yang merupakan putra Nabi Ibrahim AS.

Adapun Muhammad bin Abdul Wahhab berasal dari suku Tamim yang juga terhubung dengan garis keturunan Adnan. Kedua tokoh tersebut menjadi pilar pembentukan negara Saudi modern, menjadikan ajaran tauhid sebagai landasannya. Dalam konteks sejarah, kepemimpinan di tanah suci tidak selalu diisi oleh keturunan Nabi. Berbagai faktor, termasuk kekuatan politik dan militer, serta legitimasi agama, menjadi penentu utama.

Keluarga Al Saud berhasil menggabungkan aliansi suku, kekuatan bersenjata, dan dukungan ideologi Wahhabisme untuk membangun serta mempertahankan negara mereka. Selama bertahun-tahun, mereka telah mengukir reputasi sebagai penjaga dua kota suci, Makkah dan Madinah, meskipun garis keturunan langsung dari Nabi Muhammad tidak ada pada diri mereka. Saat ini, Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud memimpin Arab Saudi, dan kekuasaan tersebut diwariskan secara turun-temurun dalam keluarga Al Saud.

Peran Raja Salman dan keluarganya sebagai penguasa tidak hanya dilihat dari legitimasi keturunan, tetapi juga dari stabilitas, serta pengaruh politik dan ekonomi mereka di dunia Islam. Mereka berupaya terus menjaga citra negara sebagai pusat Islam dan identitasnya sebagai pelindung dua kota suci, Makkah dan Madinah. Dalam konteks ini, sejarah dan pengaruh keluarga Al Saud akan selalu menjadi bagian integral dalam perjalanan dan perkembangan Arab Saudi di masa depan.