Kemalangan Makan Bergizi: 220 Siswa di NTT Keracunan

by -12 Views
[keyword]bitcoin[/keyword]

Pada Selasa, 22 Juli 2025, ratusan siswa SMP Negeri 8 Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, mengalami gejala keracunan setelah mengonsumsi menu dari Program Makan Bergizi Gratis. Gejala yang muncul antara lain mual, muntah, diare, dan nyeri perut. Para siswa yang terdampak langsung dilarikan ke beberapa rumah sakit terdekat, seperti RSUD SK Lerik, RSU Mamami, dan RS Siloam Kupang, untuk mendapatkan penanganan medis.

Kepala Sekolah SMPN 8, Maria Theresia Lana, menjelaskan bahwa menu MBG yang dibagikan kepada siswa pada Senin pagi, 21 Juli 2025, terdiri dari nasi, lauk daging sapi, tahu, aneka sayuran seperti buncis dan bunga pepaya, serta buah pisang. Setelah mengonsumsi makanan tersebut, banyak siswa yang mengeluhkan sakit perut dan diare. Beberapa siswa bahkan meminta izin ke kamar mandi karena gejala tersebut.

Wali Kota Kupang, Christian Widodo, menegaskan bahwa prioritas utama adalah keselamatan anak-anak. Ia meminta semua pihak fokus pada penanganan medis dan stabilisasi kondisi para siswa yang terdampak. Pemerintah Kota Kupang juga memastikan bahwa biaya pengobatan dan kebutuhan lainnya ditanggung oleh pemerintah.

Sementara itu, Ombudsman RI Perwakilan NTT menyoroti pentingnya penerapan standar pelayanan publik dalam pendistribusian MBG. Kepala Ombudsman NTT, Darius Beda Daton, mengingatkan bahwa Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi sebagai pelaksana program harus memastikan kualitas dan keamanan makanan yang didistribusikan kepada siswa.

Badan Pengawas Obat dan Makanan juga telah melakukan penyelidikan terkait kasus ini. Kepala BPOM, Taruna Ikrar, menyatakan bahwa laboratorium BPOM di Kupang sedang bekerja untuk memastikan penyebab keracunan dan akan mengumumkan hasilnya setelah selesai. Ia menekankan pentingnya evaluasi menyeluruh terhadap mitra penyedia makanan untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.

Kejadian ini menimbulkan keprihatinan mendalam, terutama mengingat program MBG bertujuan untuk meningkatkan gizi dan kesehatan anak-anak di NTT. Oleh karena itu, evaluasi menyeluruh terhadap pelaksanaan program ini menjadi sangat penting untuk memastikan keamanan dan manfaatnya bagi para siswa.