Krisis Pangan Parah di Gaza: UNRWA Peringatkan Pesan Putus Asa dari Warga Sipil

by -15 Views
[keyword]bitcoin[/keyword]

Istanbul – Badan PBB untuk Pengungsi Palestina baru-baru ini mengeluarkan peringatan serius terkait krisis pangan yang melanda Gaza. Dalam pernyataannya, UNRWA mengungkapkan telah menerima banyak pesan yang mencerminkan kepanikan dan keputusasaan masyarakat mengenai kelaparan yang melanda wilayah tersebut. Melalui platform komunikasi resmi, mereka menekankan betapa buruknya situasi dengan menyebutkan bahwa harga bahan makanan telah melonjak drastis hingga 40 kali lipat.

Inflasi harga yang mengejutkan ini membuat banyak warga merasa terjebak dalam ketidakpastian dan kesulitan yang mendalam. Misalnya, harga 1 kilogram gula dilaporkan kini mencapai 100 dolar AS, sementara harga kebutuhan pokok lainnya seperti tepung, beras, dan lentil berkisar antara 23 hingga 30 dolar AS per kilogram. Totalnya, untuk empat bahan pokok ini, masyarakat harus mengeluarkan biaya sekitar 183 dolar AS, sebuah jumlah yang sangat memberatkan bagi banyak keluarga di Gaza.

Walaupun UNRWA mengonfirmasi bahwa mereka memiliki stok makanan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh populasi Gaza selama lebih dari tiga bulan di gudang-gudang penyimpanan yang berada di luar wilayah tersebut, krisis tetap memburuk. Dalam situasi yang dramatis ini, UNRWA menekankan bahwa penderitaan yang dialami oleh penduduk Gaza adalah hasil dari tindakan yang dapat dianggap sebagai kejahatan manusia dan harus segera dihentikan. Mereka menyerukan agar pengepungan segera dicabut dan akses bantuan kemanusiaan yang aman serta dalam skala besar dapat segera diberikan.

Kementerian Kesehatan Gaza memberikan catatan yang menyedihkan bahwa dalam 24 jam terakhir, setidaknya 18 orang telah kehilangan nyawa akibat kelaparan, sebuah indikator yang menunjukkan semakin menekangnya situasi kemanusiaan yang ada. Pengeboman yang terus-menerus dan kondisi yang semakin parah telah mendorong banyak warga sipil ke ambang batas keputusasaan. Sejak Oktober 2023, jumlah warga Palestina yang tewas akibat serangan militer Israel hampir mencapai 59.000 jiwa, dengan banyak di antaranya adalah wanita dan anak-anak.

Situasi di Gaza telah mengalami kehancuran yang meluas, termasuk runtuhnya sistem kesehatan. Sebagai dampak dari serangan yang terus-menerus, penduduk di wilayah kantong ini menghadapi krisis pangan yang lebih parah dan ancaman hilangnya sumber daya dasar mereka. Keputusan militer ini menyebabkan lubang menganga di hati rakyat Gaza, yang pada dasarnya mereka hanya mencari tempat berteduh dan makanan untuk kelangsungan hidup.

Tindakan Israel terhadap Gaza tidak hanya dihadapkan pada kecaman internasional, tetapi juga pada tindakan hukum. Mahkamah Pidana Internasional telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap berbagai pemimpin Israel, termasuk Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan mantan Kepala Pertahanan Yoav Gallant, dengan tuduhan terkait kejahatan perang dan terhadap kemanusiaan. Di sisi lain, Israel juga menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional atas tindakan yang dilakukannya terhadap rakyat Palestina di Gaza.

Dalam konteks ini, berita mengenai kematian anak-anak dan warga sipil akibat kelaparan dan pengepungan menggambarkan betapa mendesaknya kebutuhan untuk tindakan nyata dan solutif. Rasa kemanusiaan mendesak semua pihak untuk melihat dan berupaya mengakhiri penderitaan yang sudah terlalu lama berlangsung di daerah ini. Diharapkan, langkah-langkah tegas dapat diambil untuk memastikan bahwa bantuan kemanusiaan bisa tiba tepat waktu bagi mereka yang sangat membutuhkannya. Keinginan untuk hidup layak seharusnya tidak menjadi mimpi bagi siapapun, terutama bagi mereka yang terjebak dalam konflik berkepanjangan.