Menteri Luar Negeri 24 Negara Desak Akhiri Krisis Kelaparan di Jalur Gaza

by -9 Views
[keyword]bitcoin[/keyword]

Pada awal Agustus 2025, para menteri luar negeri dari 24 negara mengeluarkan pernyataan bersama yang mendesak penghentian segera bencana kelaparan yang melanda Jalur Gaza. Mereka menekankan pentingnya perlindungan terhadap bantuan kemanusiaan dan memastikan distribusinya mencapai warga sipil yang membutuhkan.

Pernyataan tersebut memperingatkan bahwa syarat baru yang diajukan oleh otoritas Israel berpotensi mendorong organisasi-organisasi internasional untuk meninggalkan wilayah Palestina yang diduduki, sehingga memperburuk krisis kemanusiaan yang sudah parah. Para menteri luar negeri tersebut menyerukan persetujuan atas semua pengiriman bantuan dari organisasi internasional dan memastikan akses yang aman serta luas bagi PBB dan mitra kemanusiaan.

Krisis kemanusiaan di Jalur Gaza telah mencapai titik kritis. Menurut laporan dari Program Pangan Dunia, hampir sepertiga dari 2,1 juta penduduk Gaza tidak makan selama berhari-hari. Malnutrisi meningkat, dengan 90.000 perempuan dan anak-anak sangat membutuhkan perawatan. Diperkirakan sekitar 470.000 orang di Gaza akan menghadapi “bencana kelaparan” antara Mei dan September 2025.

Organisasi PBB lainnya, seperti Organisasi Pangan dan Pertanian, WFP, dan UNICEF, juga menyerukan agar perbatasan segera dibuka dan bantuan kemanusiaan dapat masuk ke Jalur Gaza. Mereka memperingatkan ancaman kelaparan yang mengancam, keruntuhan total sektor pertanian, dan tingginya angka kekurangan gizi serta kematian akibat blokade yang terus berlanjut.

Sementara itu, Israel membantah tuduhan bahwa mereka menjadi penyebab kelaparan massal di Gaza. Juru bicara pemerintah Israel menegaskan bahwa mereka tidak memicu kelaparan dan justru menuduh Hamas sebagai pihak yang menciptakan krisis kemanusiaan di wilayah tersebut.

Krisis ini telah memicu kecaman internasional terhadap tindakan Israel dan mendorong seruan untuk gencatan senjata serta pembukaan akses bantuan kemanusiaan ke Gaza. Para pemimpin dunia menekankan pentingnya menghormati hukum internasional dan memastikan bahwa bantuan kemanusiaan dapat mencapai mereka yang membutuhkan tanpa hambatan.

Situasi di Gaza semakin memburuk dengan adanya serangan terhadap fasilitas kesehatan dan penyimpanan bantuan kemanusiaan. Organisasi Kesehatan Dunia melaporkan bahwa fasilitas mereka telah diserang, memaksa staf medis dan pasien untuk melarikan diri di tengah pertempuran. Hal ini semakin memperparah kondisi kesehatan masyarakat Gaza yang sudah rentan.

Krisis kemanusiaan di Gaza bukan hanya masalah regional, tetapi juga tantangan global yang membutuhkan perhatian dan tindakan bersama dari komunitas internasional. Penting bagi semua pihak untuk bekerja sama dalam memastikan akses bantuan kemanusiaan yang aman dan efektif, serta mencari solusi jangka panjang untuk mengakhiri penderitaan warga Gaza.

Dengan meningkatnya tekanan internasional, diharapkan Israel dan Hamas dapat mencapai kesepakatan untuk menghentikan permusuhan dan membuka akses bagi bantuan kemanusiaan. Hanya dengan upaya bersama dan komitmen kuat dari semua pihak, krisis kemanusiaan di Gaza dapat diakhiri dan perdamaian yang adil dapat terwujud bagi semua pihak yang terlibat.