Penjualan Apartemen di Jakarta Terjun Bebas dalam 10 Tahun Terakhir

by -14 Views
[keyword]bitcoin[/keyword]

Selama dekade terakhir, pasar kondominium di Jakarta mengalami penurunan signifikan. Menurut Yunus Karim, Kepala Riset Jones Lang LaSalle Indonesia, penurunan ini telah berlangsung sejak 2015. Pada periode 2012 hingga 2014, permintaan properti, termasuk apartemen, mencapai puncaknya. Namun, setelah 2015, penurunan penjualan kondominium menjadi tren yang berlanjut hingga saat ini.

Pada kuartal pertama 2025, hanya dua proyek kondominium baru yang selesai, menambah 1.326 unit ke pasar. Hal ini membawa total pasokan kumulatif di Jabodetabek menjadi 395.612 unit, dengan kenaikan 0,34% secara kuartalan dan 2,6% secara tahunan. Kedua proyek tersebut berlokasi di area sekunder di luar Jakarta dan menyasar segmen menengah. Tidak ada peluncuran proyek baru pada kuartal ini, karena investor tetap berhati-hati di tengah ketidakpastian ekonomi saat ini.

Meskipun penurunan penjualan kondominium masih terjadi, beberapa proyek tertentu tetap mendapatkan respons positif dari pembeli. Faktor-faktor seperti lokasi premium, pasokan terbatas, reputasi pengembang, dan keterjangkauan harga menjadi pertimbangan utama bagi pembeli. Kondominium dengan harga terjangkau, terutama di kelas menengah dengan harga di bawah Rp 3 miliar, menunjukkan penyerapan yang lebih baik.

Selain itu, tren menunjukkan peningkatan jumlah pembeli end-user yang mencari unit siap huni, mengindikasikan pergeseran preferensi dari investor ke penghuni langsung. Hal ini tercermin dari peningkatan tingkat okupansi kondominium di Jabodetabek menjadi 65,4%, tertinggi dalam lima tahun terakhir.

Harga kondominium di Jakarta juga mengalami penurunan. Pada kuartal kedua 2025, harga rata-rata kondominium di Jabodetabek mencapai Rp 50,5 juta per meter persegi, turun 3,5% dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan harga ini dipengaruhi oleh persaingan antara pengembang dan investor yang menjual kembali unit mereka di kondominium yang sama.

Secara keseluruhan, pasar kondominium di Jakarta menghadapi tantangan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Meskipun ada penurunan penjualan dan harga, beberapa segmen pasar, terutama yang menyasar pembeli end-user dan kelas menengah, menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Pergeseran preferensi pembeli dan strategi pengembang yang lebih adaptif menjadi kunci dalam menghadapi dinamika pasar properti yang terus berkembang.