PLTN Eropa Tutup Sementara Akibat Cuaca Panas dan Peningkatan Permintaan Listrik

by -10 Views
[keyword]bitcoin[/keyword]

Pada pertengahan tahun 2025, Eropa menghadapi gelombang panas ekstrem yang berdampak signifikan pada berbagai sektor, termasuk operasional pembangkit listrik tenaga nuklir. Kenaikan suhu yang tajam menyebabkan beberapa PLTN di Prancis dan Swiss harus mengurangi kapasitas atau bahkan menghentikan operasionalnya sementara waktu.

Di Prancis, 17 dari 18 reaktor nuklir mengalami penurunan kapasitas produksi. Hal ini disebabkan oleh kesulitan dalam mendinginkan reaktor akibat suhu air sungai yang meningkat. Sumber air yang digunakan untuk proses pendinginan menjadi lebih hangat, sehingga tidak memenuhi standar keamanan operasional. Situasi serupa terjadi di Swiss, di mana beberapa PLTN terpaksa menghentikan operasionalnya untuk menjaga keselamatan dan integritas sistem.

Gelombang panas yang melanda Eropa pada Juni 2025 juga menyebabkan lonjakan permintaan listrik. Penggunaan pendingin ruangan meningkat drastis, memberikan tekanan tambahan pada infrastruktur kelistrikan yang sudah rentan. Selama periode gelombang panas dari 23 Juni hingga 3 Juli, permintaan listrik di Uni Eropa meningkat sebesar 7,5 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Di Spanyol, peningkatan permintaan mencapai 16 persen. Kenaikan permintaan ini berkontribusi pada kenaikan tajam harga listrik di kawasan tersebut.

Selain itu, gelombang panas ekstrem ini juga menyebabkan dampak serius lainnya. Di Spanyol, kebakaran hutan di wilayah Katalonia menewaskan dua orang, sementara dua kematian lainnya dilaporkan di daerah Extremadura dan Cordoba. Di Italia, suhu mencapai 44 derajat Celsius di beberapa wilayah, menyebabkan dua kematian terkait panas di Sardinia. Kebakaran hutan juga melanda Turki, memaksa lebih dari 50.000 orang dievakuasi dari lima wilayah di provinsi barat Izmir.

Peningkatan suhu yang ekstrem ini juga berdampak pada sektor energi terbarukan. Meskipun tenaga surya menawarkan potensi besar, tantangan seperti kebutuhan akan sistem penyimpanan energi yang memadai dan penguatan jaringan listrik lintas negara menjadi isu penting. Direktur Program Eropa Ember, Pawel Czyzak, menekankan pentingnya investasi besar dalam pembangunan sistem penyimpanan energi dan penguatan jaringan listrik untuk memanfaatkan potensi energi terbarukan secara optimal.

Kondisi ini menunjukkan bahwa transisi energi tidak hanya melibatkan penggantian bahan bakar fosil dengan energi bersih, tetapi juga memerlukan pembangunan sistem yang siap menghadapi iklim ekstrem yang semakin sering terjadi. Pemerintah dan sektor industri di Eropa perlu bekerja sama untuk mengembangkan infrastruktur yang lebih tangguh dan berkelanjutan guna menghadapi tantangan perubahan iklim yang semakin kompleks.