Potensi Ekonomi AI Indonesia Diprediksi Meningkat Signifikan Hingga 2027

by -11 Views
[keyword]bitcoin[/keyword]

Indonesia, sebagai negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, memiliki potensi besar dalam memanfaatkan kecerdasan buatan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan daya saing global. Meskipun saat ini berada di tahap awal adopsi AI, langkah-langkah strategis yang diambil menunjukkan komitmen kuat untuk mengoptimalkan teknologi ini.

Menurut laporan dari McKinsey Global Institute pada 2023, AI diprediksi akan berkontribusi hingga USD 13 triliun terhadap ekonomi dunia pada 2030, setara dengan kenaikan rata-rata Produk Domestik Bruto global sebesar 1,2% per tahun. Sementara itu, laporan PwC bahkan menyebutkan bahwa AI dapat memberikan dampak hingga USD 15,7 triliun di tahun yang sama. Di tingkat regional, Sekretaris Jenderal ASEAN, Kao Kim Hourn, mengungkapkan bahwa pasar AI di ASEAN diperkirakan dapat mendongkrak PDB sekitar 10% hingga 18%, setara dengan hampir USD 1 triliun pada 2030.

Indonesia sendiri diperkirakan akan meraup USD 366 miliar pada 2030 dari potensi tersebut. Untuk mencapai target tersebut, Indonesia perlu memperkuat ekosistem AI secara menyeluruh, mulai dari infrastruktur, tata kelola data, etika, hingga pengembangan talenta digital. Presiden Kolaborasi Riset dan Inovasi Industri Kecerdasan Artifisial, Hammam Riza, menegaskan bahwa target Indonesia menjadi lima besar ekonomi dunia pada 2045 tidak akan tercapai dengan pendekatan konvensional. “Kita perlu menjadikan AI sebagai akselerator. AI dapat merevolusi semua sektor strategis dan membawa kita dari ekonomi berbasis efisiensi menuju ekonomi berbasis inovasi,” katanya.

Pemerintah Indonesia telah menunjukkan komitmen kuat dalam mengembangkan AI melalui berbagai inisiatif. Salah satunya adalah rencana pembentukan “sovereign AI fund” yang dikelola oleh Danantara Indonesia, dana abadi negara yang mengelola aset lebih dari USD 900 miliar. Meskipun rincian pendanaan belum ditentukan, rencana ini menunjukkan keseriusan Indonesia dalam menjadikan AI sebagai pendorong utama pertumbuhan ekonomi.

Selain itu, Indonesia juga aktif dalam negosiasi Digital Economy Framework Agreement di kawasan ASEAN. Dengan DEFA, ekonomi digital ASEAN diperkirakan mampu tumbuh hingga USD 2 triliun pada 2030. “Kami berharap Indonesia dapat menjadi kontributor utama dalam pertumbuhan ekonomi digital ASEAN,” ujar Sekretaris Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Ekonomi Digital Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Pujo Setio.

Namun, untuk memaksimalkan potensi AI, Indonesia menghadapi beberapa tantangan. Kesenjangan talenta digital menjadi salah satu isu utama, dengan kebutuhan akan 9 juta talenta digital pada 2030, sementara jumlah yang tersedia baru sekitar 200 ribu. Selain itu, infrastruktur digital yang belum merata, rendahnya pendanaan untuk penelitian, dan risiko privasi data juga menjadi perhatian. Oleh karena itu, pengembangan kebijakan yang mendukung, peningkatan literasi digital, dan investasi dalam infrastruktur menjadi kunci untuk mengatasi tantangan tersebut.

Dengan langkah-langkah strategis dan komitmen yang kuat dari pemerintah serta sektor swasta, Indonesia memiliki peluang besar untuk memanfaatkan AI sebagai pendorong utama pertumbuhan ekonomi dan mencapai visi menjadi salah satu ekonomi digital terkemuka di dunia pada 2045.