Ratusan Ribu Demonstran Eropa Bersolidaritas untuk Gaza, Desak Gencatan Senjata Segera

by -14 Views
[keyword]bitcoin[/keyword]

Ratusan ribu demonstran di berbagai penjuru Eropa menggelar aksi protes pada Sabtu, 9 Agustus, untuk menunjukkan solidaritas kepada rakyat Palestina di Jalur Gaza. Demonstrasi ini menuntut diakhirinya serangan Israel terhadap wilayah yang tengah dilanda konflik tersebut. Di London, Inggris, ribuan warga memenuhi jalanan, mendorong tuntutan gencatan senjata segera di tengah aksi yang bertajuk 30th National March for Palestine. Para pengunjuk rasa berbaris dari Russell Square menuju Kantor Perdana Menteri, membawa spanduk dengan tema “Hentikan Kelaparan di Gaza.”

Palestine Solidarity Campaign, salah satu organisasi utama di balik aksi ini, menyatakan di media sosial bahwa Israel secara sistematis menyebabkan kelaparan yang berujung pada meninggalnya warga Gaza. Mereka menyerukan agar pemerintah Inggris bertindak tegas untuk menghentikan tindak genosida yang dilakukan oleh Israel. Dalam demonstrasi tersebut, para pengunjuk rasa yang mengibarkan bendera Palestina melontarkan kritik tajam kepada pemerintah Inggris, dengan menyatakan bahwa keterlibatan Inggris dalam konflik ini turut memperburuk keadaan kemanusiaan di Gaza.

Tak hanya di London, aksi serupa juga berlangsung di Stockholm, Swedia. Di ibukota Swedia ini, ratusan orang berunjuk rasa menentang rencana Israel untuk menguasai Kota Gaza. Mereka berkumpul di area Odenplan dengan spanduk yang mengecam serangan Israel dan memberikan sorotan kepada dukungan yang diberikan oleh Amerika Serikat kepada negara tersebut. Massa kemudian berarak menuju Kementerian Luar Negeri Swedia untuk menyampaikan tuntutan mereka.

Permintaan internasional yang berkembang ini dipicu oleh keputusan Kabinet Keamanan Israel, yang pada Jumat, 8 Agustus, menyetujui rencana pendudukan yang diusulkan oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Rencana ini ditentang luas oleh berbagai pihak dan memicu gelombang aksi protes di sejumlah negara Eropa lainnya. Di Amsterdam, Belanda, para demonstran juga berunjuk rasa menjaga agar dunia internasional tetap memperhatikan situasi di Gaza, sembari menyerukan pengiriman bantuan kemanusiaan tanpa batas ke wilayah yang terdampak.

Sebagai catatan, Kementerian Kesehatan Gaza mengungkapkan bahwa selama 24 jam terakhir, 21 warga Palestina telah tewas dan lebih dari 340 lainnya terluka akibat serangan. Sejak 27 Mei, total 1.743 orang Palestinian meninggal saat mencari bantuan kemanusiaan. Angka tersebut termasuk 212 orang yang meninggal akibat kelaparan, di mana 98 di antaranya adalah anak-anak.

Di Madrid, Spanyol, solidaritas juga terwujud melalui unjuk rasa yang menuntut diakhirinya serangan Israel. Peserta aksi di Madrid mengangkat bendera Palestina dan menyerukan “Akhiri genosida,” seraya memukul panci dan wajan untuk mengekspresikan keprihatinan terhadap situasi kelaparan di Gaza. Ribuan demonstran juga berkumpul di Jardin Anglais, Jenewa, mengungkapkan protes terhadap kematian akibat malnutrisi. Dalam aksi ini, partisipan meneriakkan protes dalam berbagai bahasa, seperti Inggris, Prancis, dan Arab.

Masyarakat internasional kini semakin merespons secara aktif terhadap situasi yang ada di Gaza. Suara-suara kritis terhadap tindakan Israel dan dukungan yang diberikan oleh negara-negara besar di dunia kian bergema, menciptakan tekanan yang lebih besar kepada pemerintah untuk melakukan tindakan nyata demi menghentikan konflik ini. Dalam rangka mempromosikan perdamaian dan perlindungan terhadap hak asasi manusia, demonstrasi massif di berbagai negara menggambarkan betapa pentingnya solidaritas internasional dalam menghadapi krisis kemanusiaan yang mendalam ini.

Protes di Eropa mencerminkan ketidakpuasan yang mendalam terhadap operasi militer yang berlanjut dan dampaknya terhadap warga sipil. Dengan demikian, harapan akan diakhirinya penderitaan di Gaza terus dipertahankan oleh masyarakat yang bersolidaritas dengan rakyat Palestina, mendorong masyarakat global untuk tidak hanya mengamati, tetapi juga bertindak dalam menghadapi ketidakadilan ini.