Royal Opera House Batalkan Produksi Tosca di Israel Angkat Isu Genosida di Gaza

by -13 Views
[keyword]bitcoin[/keyword]

Royal Opera House, penyelenggara balet dan opera terkemuka asal Inggris, telah membatalkan rencana produksi opera “Tosca” yang dijadwalkan tampil pada musim 2026 di Opera Nasional Israel di Tel Aviv. Keputusan ini diambil setelah adanya tekanan internal dari para staf terkait tindakan yang mereka anggap sebagai genosida oleh Israel di Gaza.

Alex Beard, CEO Royal Ballet dan Opera, menginformasikan kepada karyawan pada 1 Agustus bahwa produksi baru “Tosca” tidak akan dibawa ke Israel. Pernyataan ini disampaikan melalui perwakilan dari Artists for Palestine UK, yang berkomunikasi langsung dengan pihak internal organisasi tersebut. Setelah pengumuman ini, Opera Nasional Israel menghapus semua referensi terkait Royal Opera House dari situs web mereka.

Langkah ini mengikuti surat terbuka yang ditandatangani oleh 182 staf Royal Ballet dan Opera, termasuk penari, musisi, penyanyi, serta staf dari departemen artistik, teknis, dan administratif. Surat tersebut mengecam sikap diam institusi terhadap tindakan yang mereka sebut sebagai genosida oleh Israel di Gaza, yang telah mengakibatkan lebih dari 60.000 warga Palestina tewas. Para penandatangan menegaskan penolakan mereka terhadap pertunjukan saat ini maupun di masa depan di Israel dan menuntut agar perusahaan tidak memberikan produksi kepada institusi yang mereka anggap melegitimasi dan mendukung secara ekonomi negara yang terlibat dalam pembantaian massal warga sipil.

Selain itu, para karyawan juga menyatakan solidaritas terhadap seorang penampil yang mengibarkan bendera Palestina di atas panggung dalam apa yang mereka gambarkan sebagai tindakan keberanian dan kejelasan moral. Meskipun Royal Opera House belum mengeluarkan pernyataan publik, pengumuman internal kepada staf menunjukkan respons cepat dari pimpinan institusi budaya besar di Inggris terhadap tekanan dari dalam organisasinya sendiri.

Keputusan ini juga mencerminkan gelombang aksi yang lebih luas di sektor budaya Inggris, di mana seniman, penulis, dan pekerja budaya telah meluncurkan kampanye yang menyerukan boikot, divestasi, dan pernyataan publik dari institusi-institusi terkemuka. Menurut perwakilan dari Artists for Palestine UK, langkah Royal Opera House ini adalah yang pertama dalam levelnya, di mana para pekerja dari salah satu institusi budaya paling bergengsi di Inggris memobilisasi diri dalam jumlah besar terkait krisis politik, dan manajemen merespons dengan tegas.

Sementara itu, Opera Nasional Israel telah menghapus semua referensi terkait Royal Opera House dari situs web mereka, menandakan dampak signifikan dari keputusan ini terhadap hubungan antara kedua institusi tersebut. Langkah ini juga menyoroti bagaimana tekanan internal dan solidaritas karyawan dapat mempengaruhi keputusan strategis dalam institusi budaya besar.

Keputusan Royal Opera House ini menambah daftar panjang institusi budaya yang meninjau kembali hubungan mereka dengan Israel di tengah meningkatnya kritik terhadap tindakan militer Israel di Gaza. Langkah ini juga mencerminkan bagaimana isu-isu politik dan kemanusiaan dapat mempengaruhi dunia seni dan budaya, serta bagaimana institusi seni dapat menjadi arena bagi diskusi dan aksi terkait isu-isu global.