Rusia Desak AS Dukung Solusi Dua Negara untuk Konflik Israel-Palestina demi Menghindari Tragedi di Gaza

by -11 Views
[keyword]bitcoin[/keyword]

New York – Dalam sebuah pernyataan yang menggambarkan situasi yang semakin mendesak, Rusia menekankan pentingnya solusi dua negara untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina. Dmitry Polyanskiy, Wakil Tetap Rusia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, menegaskan bahwa tanpa adanya langkah konkret dari Amerika Serikat, risiko akan terjadinya kembali puluhan ribu kematian tak berdosa di Gaza semakin nyata.

Dalam sebuah pertemuan di Dewan Keamanan PBB, Polyanskiy menegaskan bahwa Rusia secara konsisten mendukung pendekatan diplomatik bagi penyelesaian konflik ini yang berdasarkan pada prinsip dua negara. Dengan nada yang mencemaskan, ia mengingatkan bahwa kegagalan untuk mengimplementasikan solusi ini bisa menjurus pada lebih banyak korban jiwa, termasuk di dalamnya sandera Israel yang telah ditahan selama hampir dua tahun. Polyanskiy menganggap bahwa Dewan Keamanan PBB memiliki tanggung jawab untuk mencegah skenario mengerikan tersebut terjadi.

Lebih lanjut, utusan Rusia itu mengkritik sikap AS yang dianggapnya telah ‘cuci tangan’ dari situasi di Gaza, sehingga memungkinkan Israel bertindak tanpa batasan. Kritikan tersebut menunjukkan ketidakpuasan Rusia terhadap pendekatan Amerika, yang dinilai tidak mendukung upaya penyelesaian damai yang berkelanjutan.

Rusia kembali menekankan keyakinannya bahwa satu-satunya cara untuk mengakhiri konflik adalah dengan menerapkan rencana yang telah disetujui oleh PBB, yang mencakup pembentukan negara Palestina dengan perbatasan yang mengacu pada garis batas tahun 1967, dan menjadikan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya. Penekanan pada batasan ini mencerminkan komitmen Rusia terhadap solusi yang adil dan berkelanjutan, di mana hak-hak rakyat Palestina dijamin.

Pernyataan ini muncul di tengah berita bahwa Prancis berencana untuk mengakui Palestina pada bulan September mendatang. Hal ini diikuti oleh sikap Inggris yang berencana untuk melakukan langkah serupa, kecuali jika Israel segera mengambil tindakan untuk menangani krisis kemanusiaan yang berlangsung di Gaza. Situasi ini menunjukkan bahwa suara internasional tentang pengakuan hak Palestina semakin kuat, di mana saat ini 147 negara telah memberikan pengakuan kepada Palestina.

Namun, Amerika Serikat tetap tidak mengakui status Palestina dan bahkan memveto keanggotaan penuhnya di PBB pada tahun 2024. Ketegangan yang terus berlanjut ini menggarisbawahi tantangan yang dihadapi untuk mencapai resolusi damai yang diinginkan banyak pihak.

Dari konteks yang lebih luas, pernyataan Polyanskiy menjadi peringatan bagi para pemangku kebijakan internasional bahwa jalan menuju perdamaian di Timur Tengah tidak hanya memerlukan niat baik, tetapi juga tindakan konkret untuk mendukung keadilan dan hak asasi manusia bagi semua pihak yang terlibat. Jika didiamkan, ketidakpuasan dan konflik yang berkepanjangan hanya akan menambah daftar panjang tragedi kemanusiaan yang telah berlangsung di kawasan tersebut.

Dengan sorotan internasional yang semakin meningkat, harapan untuk perubahan positif mulai muncul, meskipun jalan yang harus ditempuh masih panjang. Dalam pertemuan-pertemuan mendatang, semua pihak diharapkan dapat meningkatkan upaya mereka untuk mewujudkan perdamaian yang abadi dan berkeadilan bagi Palestina dan Israel.