Hujan deras yang melanda Taiwan selama beberapa hari terakhir telah menyebabkan bencana signifikan di wilayah tengah dan selatan pulau tersebut. Berdasarkan laporan dari Pusat Operasi Darurat Pusat, hingga Minggu, tercatat tiga orang meninggal dunia, empat orang masih hilang, dan 50 orang lainnya terluka akibat cuaca ekstrem ini.
Korban jiwa terdiri dari dua orang di Kaohsiung dan satu orang di Kabupaten Nantou. Semua korban meninggal dunia akibat kecelakaan kendaraan yang dipicu oleh kondisi cuaca buruk. Selain itu, hujan lebat yang disebabkan oleh aliran udara barat daya yang terus-menerus juga menyebabkan 49 orang terluka.
Kepala Pemerintahan Taiwan, Cho Jung-tai, mengunjungi Pusat Operasi Darurat Pusat pada Minggu dan mengadakan konferensi video dengan para kepala daerah terdampak untuk menilai respons bencana dan upaya bantuan. Ia menyatakan bahwa daerah pegunungan Kaohsiung telah menerima lebih dari 2.000 milimeter curah hujan, memperingatkan bahwa proses pembersihan dan rekonstruksi akan memakan waktu lebih lama dari yang diperkirakan.
Untuk mengurangi risiko banjir di masa mendatang, pemerintah Taiwan telah mengusulkan rencana pengelolaan sungai dan perbaikan drainase senilai 100 miliar dolar Taiwan selama empat tahun. Rencana ini mencakup pendanaan untuk peralatan pompa dan infrastruktur pengelolaan air lainnya.
Sebelumnya, pada 5 Oktober 2024, hujan ekstrem yang dibawa oleh badai Krathon menyebabkan dua kematian tambahan hingga pukul 16.00 waktu setempat. Sejauh ini, Krathon telah menyebabkan empat orang meninggal, 719 terluka, dan satu orang yang diduga pekerja migran masih belum ditemukan. Dua orang terakhir yang dikonfirmasi meninggal adalah suami-istri dari Distrik Jinshan, New Taipei. Mereka tersapu banjir yang meningkat dan tenggelam setelah tingkat air sungai di distrik tersebut naik. Menurut Wali Kota New Taipei, Hou Yu-ih, efek berkelanjutan Krathon membasahi Jinshan dengan 527 milimeter hujan dalam hanya 12 jam dan 625 mm dalam 24 jam, bencana paling dahsyat yang melanda distrik tersebut dalam beberapa dekade terakhir.
Selain itu, pada 31 Maret 2024, hujan deras yang tiba-tiba turun di daerah utara Taiwan menyebabkan kebocoran di dalam Bandara Internasional Taoyuan. Dalam waktu satu jam, akumulasi hujan mencapai 17,8 milimeter, yang menyebabkan kebocoran di dalam bandara dan menyebabkan keluhan dari para penumpang. Bandara Taoyuan menyatakan bahwa setelah mendapat laporan, mereka segera melakukan mobilisasi pihak-pihak terkait untuk mengatasi masalah tersebut.
Hujan lebat juga menyebabkan banjir di beberapa wilayah Hsinchu pada 19 Mei 2023. Pemerintah Kota Hsinchu melaporkan bahwa hujan deras yang terus berlanjut sejak dini hari menyebabkan curah hujan melebihi kapasitas sistem drainase kota, sehingga menyebabkan banjir di wilayah Hsinchu, termasuk di sekitar parit kota tua dan banyak underpass. Pemerintah mengimbau masyarakat untuk berhati-hati saat bepergian.
Selain itu, pada 4 Agustus 2023, hujan deras yang disebabkan oleh Topan Khanun menyebabkan tanah longsor di daerah pegunungan Taiwan Tengah. Beberapa daerah pegunungan, termasuk Alishan di Kabupaten Chiayi, Distrik Heping di Kota Taichung, dan Kotapraja Renai di Kabupaten Nantou, menutup sekolah dan kantor pada hari Jumat karena kondisi cuaca yang berbahaya. Di Distrik Taoyuan Kaohsiung, Jembatan Minbaklu darurat di Jalan Lintas Selatan-Pulau rusak oleh bebatuan dan lumpur yang tersapu oleh sungai setelah tanah longsor di hulu. Untungnya, tidak ada yang terluka karena jembatan telah ditutup pada malam sebelumnya sebagai tindakan pencegahan.
Bencana-bencana ini menyoroti pentingnya kesiapsiagaan dan respons cepat terhadap bencana alam di Taiwan. Pemerintah dan masyarakat diharapkan terus bekerja sama untuk meminimalkan dampak dari bencana serupa di masa depan.