Trump Ungkap Rasa Tak Keberatan atas Hubungan Filipina dan China di Tengah Ketegangan Laut China Selatan

by -12 Views
[keyword]bitcoin[/keyword]

Pada 22 Juli 2025, Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyambut Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. di Gedung Putih untuk membahas berbagai isu penting yang mempengaruhi hubungan kedua negara. Pertemuan ini menyoroti dinamika baru dalam aliansi lama antara AS dan Filipina, terutama terkait dengan ketegangan di Laut China Selatan dan kebijakan perdagangan yang sedang berlangsung.

Salah satu topik utama dalam pertemuan tersebut adalah sengketa di Laut China Selatan, di mana Filipina dan China memiliki klaim tumpang tindih atas wilayah yang kaya akan sumber daya alam. Trump menyatakan bahwa ia tidak keberatan jika Filipina menjalin hubungan baik dengan China, mengingat AS juga memiliki hubungan yang kuat dengan negara tersebut. “Saya tidak keberatan jika dia rukun dengan China, karena kami juga menjalin hubungan sangat baik dengan China,” ujar Trump.

Marcos menegaskan bahwa kebijakan luar negeri Filipina bersifat independen dan tidak perlu menyeimbangkan hubungan antara AS dan China. “Tidak ada kebutuhan untuk menyeimbangkan hubungan kami antara Amerika Serikat dan China. Kebijakan luar negeri kami bersifat independen,” kata Marcos.

Selain isu Laut China Selatan, pertemuan ini juga membahas hubungan perdagangan antara kedua negara. Trump mengumumkan pemberlakuan tarif impor sebesar 19 persen terhadap produk Filipina, sebagai bagian dari kesepakatan dagang yang lebih luas. Marcos berharap dapat mencapai kesepakatan perdagangan yang saling menguntungkan, mengingat dampak signifikan dari tarif tersebut terhadap ekonomi Filipina.

Pertemuan ini juga menegaskan kembali komitmen AS terhadap keamanan Filipina. Menteri Pertahanan AS, Pete Hegseth, menegaskan bahwa perjanjian pertahanan bersama antara kedua negara mencakup serangan bersenjata terhadap pasukan Filipina di mana pun di Pasifik, termasuk Laut China Selatan. “Aliansi kita yang bersejarah tidak pernah sekuat dan sepenting sekarang, dan bersama-sama kita tetap berkomitmen pada perjanjian pertahanan bersama,” kata Hegseth.

Sementara itu, China menanggapi kerja sama yang semakin erat antara AS dan Filipina dengan mengingatkan kedua negara agar memastikan kemitraan mereka tidak menargetkan atau merugikan pihak ketiga mana pun. Kapal-kapal China dan Filipina telah terlibat dalam serangkaian konfrontasi maritim di perairan yang disengketakan dan kaya mineral tersebut, di mana kedua negara mengklaim wilayah yang saling tumpang tindih.

Pertemuan antara Trump dan Marcos ini menegaskan pentingnya aliansi antara AS dan Filipina dalam menghadapi tantangan regional, terutama terkait dengan kebijakan China di Laut China Selatan dan dinamika perdagangan global. Kedua pemimpin sepakat untuk terus memperkuat kerja sama mereka dalam bidang perdagangan dan keamanan, sambil menjaga hubungan yang konstruktif dengan negara-negara lain di kawasan tersebut.